Bank Dunia: Ekonomi India Tumbuh 6,3 Persen Tahun Fiskal 2023-2024

SHARE

istimewa


CARAPANDANG - Bank Dunia pada Selasa (3/10) mengatakan bahwa ekonomi India diproyeksikan akan tumbuh sebesar 6,3 persen pada tahun fiskal saat ini.

Dalam laporannya, lembaga keuangan internasional itu mengatakan bahwa India terus menunjukkan ketangguhannya dengan latar belakang lingkungan global yang menantang.

India Development Update (IDU), laporan paruh tahunan Bank Dunia mengenai ekonomi India, menguraikan bahwa meski terdapat sejumlah tantangan global yang signifikan, India menjadi salah satu perekonomian utama dengan pertumbuhan terpesat pada tahun fiskal 2022-2023 dengan tingkat pertumbuhan mencapai 7,2 persen.

"Tingkat pertumbuhan India merupakan yang tertinggi kedua di antara negara-negara anggota Kelompok 20 (Group of Twenty/G20) dan hampir dua kali lipat dari rata-rata perekonomian emerging market. Resiliensi ini didukung oleh permintaan domestik yang kuat, investasi infrastruktur publik yang kuat, dan sektor keuangan yang menguat. Pertumbuhan kredit bank meningkat menjadi 15,8 persen pada kuartal pertama tahun fiskal 2023-2024 dibandingkan dengan 13,3 persen pada kuartal pertama tahun fiskal 2022-2023," kata Bank Dunia.

Bank Dunia memperkirakan bahwa tantangan global akan terus berlanjut dan kian intensif karena tingginya suku bunga global, ketegangan geopolitik, serta lesunya permintaan global.

"Dalam konteks ini, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) India untuk tahun fiskal 2023-2024 akan berada di angka 6,3 persen. Moderasi yang diperkirakan ini terutama disebabkan oleh kondisi eksternal yang menantang dan berkurangnya permintaan yang terpendam (pent-up demand). Namun, aktivitas sektor jasa diprediksi akan tetap kuat dengan pertumbuhan 7,4 persen dan pertumbuhan investasi juga diproyeksikan akan tetap kuat di angka 8,9 persen," papar Bank Dunia.

Menurut Bank Dunia, kondisi cuaca buruk berkontribusi pada lonjakan inflasi dalam beberapa bulan terakhir.

"Inflasi indeks harga konsumen (headline inflation) naik menjadi 7,8 persen pada Juli karena lonjakan harga-harga bahan pangan seperti gandum dan beras. Inflasi diperkirakan akan menurun secara bertahap seiring dengan normalisasi harga pangan dan kebijakan pemerintah meningkatkan pasokan komoditas-komoditas utama," seperti tertulis dalam laporan terbaru tersebut.