BKKBN: Gerakan Bapak Asuh Dapat Bantu Atasi Stunting dan Kemiskinan Ekstrem

SHARE


CARAPANDANG - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyampaikan bahwa gerakan bapak asuh dapat membantu mengatasi stunting dan kemiskinan ekstrem.

"Gerakan bapak asuh anak stunting ini harus dilakukan secara masif di seluruh Indonesia," kata Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi BKKBN Sukaryo Teguh Santoso dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, gerakan bapak asuh telah membantu penyediaan bahan pangan sumber protein hewani seperti telur, daging, dan ikan untuk membantu pemenuhan kebutuhan gizi anak-anak yang mengalami stunting.

"Bantuan bisa berupa uang Rp15 ribu per hari, yang akan dikelola oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK)," katanya.

"BKKBN sendiri telah menyiapkan 200 ribu TPK dan 600 ribu orang yang terdiri dari bidan, kader PKK, dan kader BKKBN di seluruh Indonesia," ia menambahkan. Dia juga menyampaikan bahwa di lingkungan BKKBN Pusat total ada 431 pegawai yang menjadi bapak asuh bagi 423 anak stunting.

Pejabat kementerian, lembaga pemerintah, swasta, dan perorangan, menurut dia, juga mendukung gerakan untuk membantu penanganan stunting dengan menjadi bapak asuh atau kakak asuh.

Sukaryo mengemukakan bahwa anak dari keluarga yang mengalami kemiskinan ekstrem lebih berisiko mengalami stunting, kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan kurang stimulasi.

"Di dalam keluarga berisiko stunting itu termasuk di dalamnya adalah keluarga yang miskin ekstrem.

Jumlahnya 6,8 juta keluarga. Sedangkan jumlah keluarga miskin dan rentan adalah 29,7 juta keluarga," katanya.

Sedangkan jumlah keluarga dengan risiko stunting, menurut dia, sebanyak 13.511.649 keluarga dari total 71.334.664 keluarga di Indonesia berdasarkan hasil pemutakhiran data keluarga Indonesia tahun 2022.

Sukaryo mengatakan bahwa pemberian bantuan bagi keluarga dengan risiko stunting melalui gerakan bapak asuh juga mencakup keluarga dengan kemiskinan ekstrem.