BKKBN Sumbar Gelar Sosialisasi Advokasi dan KIE Penurunan Stunting

SHARE

BKKBN Provinsi Sumbar Gelar Sosialisasi Advokasi dan KIE Penurunan Stunting bersama Anggota DPR RI Komisi IX Ade Rezki Pratama 


Laporan: Linda Sari

AGAM, CARAPANDANG.COM - Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggelar Sosialisasi Advokasi dan KIE Penurunan Stunting bersama Mitra Kerja di Aula SMAN 1 Kecamatan Ampek Angkek Selasa 25 Juli 2023.

Acara tersebut dihadiri, anggota DPR RI dari Komisi IX Ade Rezki Pratama,SE, MM, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat Fatmawati  ST. M.Eng, Kepala Dp2KBP3A Kabupaten Agam Drs Surya Wendri, Camat Ampek Angkek, Kepala Sekolah SMA 1 Ampek Angkek, Wali Nagari kecamatan Ampek Angkek, Koramil, undangan.

Kepala Sekolah SMAN 1 Ampek Angkek Drs Syafrizal, mengatakan oa menyambut baik sosialisasi acara penurunan Stunting untuk generasi muda. 

"Mudah-mudahan kegiatan ini bermanfaat khususnya anak anak kita berharap kegiatan ini bukan hanya sekali ini saja tetapi terus berlanjut khususnya di SMAN 1 Ampek Angkek,"  harapnya.

Kepala Dp2KBP3A Surya Wendri menyampaikan, sebetulnya angka Stunting tidak begitu banyak dengan presentasi 6,6 persen.

"Kita sudah mempunyai MOU untuk berjuang menghindari pernikahan dini, dan kita sampaikan kepada anak anak ini untuk terus melanjutkan pendidikan Ndan jangan menikah dulu," ungkap Surya.

Menurut dia, angka kematian ibu angka kematian bayi itu sudah menjadi masuk dalam ranahnya PPT ,  percepatan penurunan kematian ibu dan anak

Ia berharap agar bapak ibu yang hadir  saat ini, sebagai tokoh yang mampu untuk memberikan jejaring sebuah masyarakat bagaimana menghindarkan anak kemenakan kita terlahir sebagai seorang stunting, 

"Kalau sudah stunting maka akan menjadi beban keluarga kita, tetapi apabila tidak stunting maka akan menjadikan sebuah kebanggaan kita semua," tukuknya.

Selanjutnya, Ade Rezki Pratama memaparkan, terjadinya Stunting adalah gagal tumbuh seorang anak yang diakibatkan oleh gizi.

"Stunting diakibatkan adanya resiko kematian ibunya karena tidak cukup usia kandungan, tidak cukupnya usia kehamilan," terang Ade. 

Lebih lanjut kata Ade, ada 189 resiko kematian salah satunya adalah faktor menikah terlalu dini.Bahwa diantara 100 pernikahan terdapat 4 atau 4 Stunting karena tidak kuat rahim hingga anak beresiko Stunting.

"Ada lagi yang diakibatkan karena pola makan, karena kesibukan orangtuanya. akhirnya nutrisi tidak terukur dengan baik akhirnya menjadi Stunting," imbuhnya.

Ia menambahkan, Ciri-ciri anak stunting  adalah tubuhnya pendek, namun kenyataannya tidak semua anak anak pendek itu semuanya stunting.

"Kami ingin menitipkan pesan bahwa setiap ada anak anak yang ingin memulai berumah tangga agar dapat ke KUA, untuk dapat melakukan skreaming.skrining tentang kesehatan calon bapak muda agar terhindar dari resiko perceraian," harap Ade.

Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat Fatmawati  ST. M.Eng, menyampaikan, di Agam ini terjadi kenaikan stunting 5 %, sebenarnya pada tahun 2021 kemarin kita sudah berada di posisi aman 19%.
Dan ternyata ketika survey di tahun 2022,kasus stunting naik menjadi hampir 25%.

"Kita bisa mengkolerasikan  bahwasanya dari 4 balita yang ada di Agam 1 diantaranya stunting, dan kondisi seperti ini yang berkualitas hanya 3 orang, ini adalah kondisi yang sangat mengkhawatirkan, jadi kita harus waspada jadi kita harus waspada," papar Fatmawati.

Lanjut dikatakannya, jika kita melihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang ada di Sumbar itu sebenarnya ada diangka 72% dan Agam angkanya malah 73%.Ketika IPM nya tinggi itu kita mengharapkan stuntingnya rendah.

"Kita diisyaratkan dalam intervensi bahwa stunting itu harus merata karena ketika survey yang akan dilaksanakan setiap tahun itu akan melihat blok sensusnya yang memang blok sensus itu mewakili dari populasi walaupun survey, kondisi seperti itu memang kita harus waspada," sebutnya.

Diterangkan Fatmawati, ternyata jika kita melihat Human Development Indeksnya kita sebenarnya tinggi 73, tetapi kenapa stuntingnya juga tinggi  padahal ketika kita mengukur itu adalah kelayakan hidup, kesehatan, lama bersekolah, kemudian angka harapan hidup tinggi tetapi angka stuntingnya juga tinggi ini adalah sesuatu yang kontradiktif dan ini harus kita cari dengan cara menganalisa.

Dikatakannya, di BKKBN kita punya program penurunan atau percepatan Stunting ini dimulai dengan preventif dari mulai anak remaja, utamanya calon ibu di skrining kesehatannya

"Jadi untuk skrining kesehatan itu didampingi oleh yang namanya pendamping keluarga," ujarnya.

Dan ini sudah ada dalam peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021 tentang percepatan Stunting kenapa ini sangat penting menjadi program nasional karena kita beberapa tahun kebelakang itu penurunan Stunting setiap tahun itu hanya mampu menurunkan 0,5 persen, sehingga memang perlu terobosan bersama-sama dalam mencegah menurunkan Stunting.

"Kita berharap Semua dinas dinas yang ada kita harapkan mengintervensi karena dalam percepatan penurunan stunting itu kita harus melihat pendekatan nya adalah pendekatan Pentahelik mulai dari unsur Pemerintah, masyarakat juga harus turun kemudian perguruan tinggi juga harus turun, swasta dan kemudian  media masa  yang memberikan informasi," tegasnya.

Kalau dari Pemerintah seperti ini yang kami lakukan sosialisasi, edukasi, dan kemudian dari swasta kami juga mengajak melalui dana CSR (Cooperate Sosial Responsibility).

"Dan untuk masyarakat setelah kami memberikan sosialisasi ini kami harapkan masyarakat itu memberikan sosialisasi bisa kepada tetangganya bisa kepada keluarganya," harap Fatmawati.

Terakhir ia berharap dalam penanganan Stunting ini kita juga terkendala dalam keterbatasan anggaran, dan kita juga mengundang bapak ibu untuk menjadi bapak ibu asuh anak stunting.

(LindaFang)