Dekranasda Dorong Kerajinan Daerah Dapat Diekspor Ke Mancanegara

SHARE

Gubernur Kepri Ansar Ahmad dan istri yang seorang Ketua Dekranasda meninjau pameran kerajinan lokal di Aula Wan Seri Beni Dompak, Tanjungpinang (istimewa)


CARAPANDANG.COM – Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Provinsi Kepulauan Riau, Dewi Kumalasari Ansar mendorong lebih banyak lagi produk kerajinan daerah yang dapat diekspor ke mancanegara.

Dewi mengklaim selama ini sudah cukup banyak produk-produk pengrajin lokal tembus pasar ekspor, namun sementara ini pengiriman ke luar negeri terkendala situasi pandemi COVID-19.

"Kita terus mendorong pengrajin tetap produktif, mudah-mudahan pandemi ini cepat selesai, sehingga kegiatan ekspor pulih kembali," kata Dewi Kumalasari pada acara pelantikan Ketua Dekranasda provinsi dan kabupaten/kota di Aula Wan Seri Beni, Pulau Dompak, Tanjungpinang, Kamis (29/4/2021).

Istri Gubernur Kepri Ansar Ahmad mengatakan, saat ini pihaknya fokus mendorong Dekranasda kabupaten/kota memiliki lebih banyak hasil kerajinan ikonik dan berkualitas supaya bisa bersaing di pasar nasional, khususnya global.

Sebagai daerah kepulauan, katanya, pengrajin dapat memanfataatkan kekayaan alam bahari/lautan jadi produk andalan. Misalnya gonggong, sejenis hewan kerang-kerangan yang jadi primadona di Kepri.

"Batik gonggong di Kepri sangat populer. Nah, selanjutnya apalagi hasil laut yang bisa diolah jadi kerajinan tangan, itu yang kita upayakan bersama," ujarnya.

Lebih lanjut, Dewi menyampaikan Pemprov Kepri berkomitmen membangun gedung Dekranasda sebagai etalase untuk menjual hasil produk kerajinan tangan di semua kabupaten/kota se Kepri.

Gedung tersebut rencananya dibangun di kawasan pantai gurindam, Tepi Laut, Tanjungpinang. Seluruh karya pengrajin kabupaten/kota bakal ditampung dan dijual di sana.

"Kalau ada turis datang, mereka kita arahkan ke gedung itu. Selama ini Kepri memang belum punya gedung khusus menjual produk pengrajin lokal," imbuhnya.

Sementara itu, Indiana Pengurus Dekranasda Kepri menyatakan sejumlah produk kerajinan seperti muffler atau sejenis syal, batik, dan masker bahan kain dari Kota Batam sudah diekspor ke Singapura meski dalam jumlah terbatas.

"Per dua minggu, kita kirim ratusan pack masker ke Singapura. Harganya sekitar 22 dolar Singapura," ujar dia.

Selain itu, ada pula produk taplak meja bordir ular doyok, hasil kolaborasi pengrajin di Kalimantan dan Batam.

Tak tanggung, produk tersebut diminati orang Amerika, Jepang, Eropa, dan Malaysia.

"Harganya sekitar Rp850 ribu," ungkap Indiana.

Produk-produk tersebut, lanjut Indiana, semuanya hasil pengrajin Batam dan dibawah binaan langsung Bank Indonesia.

Dekranasda turut mendorong pengrajin memanfaatkan e-commerce agar produk lokal bisa mendunia. Meskipun diakuinya bahwa para pengrajin lokal kesulitan berbahasa Inggris.

"Jangan hanya gunakan e-commerce dalam negeri. Tapi usahakan juga luar negeri, supaya produk kitav pangsa pasarnya lebih luas," ujar Indiana.