Dino Patti Djalal dan Semangat Diaspora

SHARE

Dino Patti Djalal (telegraf)


CARAPANDANG.COM - Ketika Dino Patti Djalal menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat di akhir tahun 2010, satu cerita favorit yang berulang-ulang ia sampaikan dalam pidato-pidatonya adalah bahwa 30 tahun lalu, seorang Dino Patti Djalal memulai “karier” sebagai tukang cuci piring di basement KBRI Washington DC. Memulai “karier” sebagai tukang cuci piring untuk kemudian 3 dekade kemudian beliau terpilih sebagai Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat.

Dino Patti Djalal memang sedari muda telah memenuhi curriculum vitae-nya dengan berbagai macam pekerjaan. Di Amerika Serikat, walaupun ayahnya (Prof.Hasjim Djalal) menjabat sebagai DCM (Wakil Duta Besar), ia semenjak remaja telah mengambil berbagai pekerjaan sambilan. Dino pernah bekerja sebagai tukang cuci piring dan kuli gudang di KBRI. Dino juga pernah menjajal sebagai pelatih tenis, koki di restoran, tukang tiket di bioskop, towel boy tim basket, asisten dosen.

Pengalaman bekerja yang ditempuh oleh Dino membentuk karakternya. Ia menjadi orang yang bertanggung jawab, menghargai aturan, disiplin (karena harus tepat waktu) dan kalkulatif. Dengan bekerja, beliau belajar bekerja sama dengan orang lain dan mengasah social skill.

Ketika bekerja sebagai pekerja di gudang KBRI, Dino menemukan sebuah buku tebal penuh debu yang berjudul Dibawah Bendera Revolusi. Dibawah Bendera Revolusi merupakan kumpulan pidato dan tulisan Bung Karno. Buku itu dibawanya kemana-mana, termasuk ke sekolah, dan dibaca berulang-ulang. Dino muda pun terpukau membaca pemikiran Soekarno yang begitu inspiratif. Bagi Dino, buku itulah yang menyulut intelektualitasnya, dan membuatnya semakin tertarik pada ilmu politik dan diplomasi.

Dino Patti Djalal masuk Departemen Luar Negeri pada tahun 1987. Setelah menyelesaikan latihan di Pusdiklat, dan setelah merampungkan MA dari Simon Fraser University (British Columbia, Kanada), ia ditugaskan menjadi asisten Dirjen Politik Wiryono Sastrohandoyo.

Ketika menjadi Duta Besar di AS sejak tahun 2010, Dino Patti Djalal mengambil inisiatif untuk meluncurkan proses Kongres Diaspora Indonesia, yang bertujuan untuk menjalin koneksi, menyatukan dan menyetrum komunitas diaspora Indonesia yang besar namun terpencar. Dalam proses selanjutnya, konsep “diaspora Indonesia” ini kemudian meluas tidak saja mencakup diaspora di AS tapi di seluruh dunia.

Berbagai komunitas Indonesia di sejumlah negara mulai menumbuhkan semangat “diaspora Indonesia” dan terus membangun jaringan antar-mereka. Indikatornya semenjak Kongres di Los Angeles pada bulan Juli 2012, telah terbentuk Indonesian Diaspora Network (IDN) di Amerika Serikat, Australia, Azerbaijan, Belanda, Brunei Darussalam, China, Estonia dan Finlandia (Finest), Italia, Jerman, Kaledonia Baru, Kanada, Kroasia, Madagaskar, Malaysia, Meksiko, Qatar, Rusia, Selandia Baru, Singapura, Sri Lanka, Swedia, Taiwan, Timor Leste, Trinidad dan Tobago, Uni Emirat Arab, Yunani, dan sebagainya. Semua itu tercapai dalam tempo satu tahun.

Diaspora Indonesia tentu saja merupakan potensi luar biasa bagi pembangunan Indonesia ke depannya. Bagaimana dengan adanya konsep diaspora Indonesia menjadi jembatan untuk menghubungkan titik-titik SDM Indonesia yang tersebar di berbagai negara. Dino Patti Djalal melalui kemampuan lobinya, diplomasinya, telah memuluskan bagi terbentuknya diaspora Indonesia yang akan memajukan nasionalisme unggul.