Dokter: Kalau Ada Gejala Hepatitis pada Anak, Jangan Panik

SHARE

Ilustrasi


Hepatitis akut beberapa waktu terakhir menjadi sorotan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan kemudian menetapkannya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Kementerian Kesehatan pun telah meningkatkan kewaspadaan pada kasus Hepatitis Akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika dan Asia, dan belum diketahui penyebabnya sejak 15 April 2022. Di Indonesia, pada 9 Mei lalu tercatat 15 kasus yang masih diduga hepatitis dan masih dalam proses investigasi.

"Di Indonesia, secara kasusnya memang ada yang dilaporkan. Tetapi apakah termasuk bagian kasus hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya, masih diselidiki. Jangan melihat kasus di Indonesia sebagai kasus yang mengerikan tapi kasus yang diwaspadai," kata Ade.

Dia berharap laporan kasus ini tidak membuat kekhawatiran berlebihan di kalangan masyarakat namun lebih pada membuat waspada.

"Mudah-mudahan ini sekedar membuat kita waspada saja, jangan sampai membuat kekhawatiran kita berlebih seperti COVID-19. Saya berharap tidak berlanjut seperti COVID-19 karena memang ini sesuatu yang perlu kewaspadaan saja," demikian kata Ade.

Merujuk definisi WHO, ada tiga klasifikasi terkait hepatitis akut yakni konfirmasi yang saat ini belum ditemukan data, probable dan Epi-linked. Ade menjelaskan, dikatakan probable bila memenuhi sejumlah syarat antara lain: hepatitis akut terbukti, tidak diketahui penyebabnya, bukan penyebab hepatitis virus A, B, C, D dan E. Kemudian, data-data yang lain seperti pemeriksaan laboratorium ditemukan SGOT atau SGPT lebih dari 500 IU/L, terjadi pada usia di bawah 16 tahun dan kasus ditemukan di atas tanggal 1 Oktober 2021. Sementara itu, dikatakan Epi-linked atau kontak erat yakni hepatitis akut di segala usia dan kontak erat dengan kasus probable di atas 1 Oktober 2021.

Halaman : 1