Ekonom: Antisipasi Risiko Pemilu Melalui Investasi Domestik

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyarankan pemerintah untuk mengoptimalkan investasi domestik untuk mengantisipasi risiko jelang Pemilu 2024.

“Dengan situasi menjelang Pemilu, kita bisa mengandalkan investor domestik agar mereka lebih optimis lagi,” kata Josua saat Media Gathering Kementerian Keuangan (Kemenkeu) di Puncak, Bogor, Jawa Barat, Senin.

Josua merujuk pada situasi pandemi COVID-19. Ketika investasi asing turun secara signifikan, investasi domestik berperan sebagai penahan kinerja investasi. Hal itu menunjukkan investor domestik memiliki kemampuan untuk menjaga kinerja investasi di tengah situasi rentan.

Oleh sebab itu, sambung Josua, penting untuk pemerintah meyakinkan pelaku usaha dan investor domestik agar terus optimistis ke depannya.

Lebih lanjut, Josua menyebutkan kebijakan yang dilakukan pemerintah telah mengarah pada upaya menjaga perekonomian agar tetap stabil, misalnya dengan kebijakan reformasi struktural melalui Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) hingga UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).

“Itu sudah dilakukan. Jadi ke depan, bagaimana kita meyakinkan pelaku domestik bahwa APBN disusun dengan sangat strategis dan memiliki dampak nyata terhadap perekonomian, tidak hanya pelaku usaha tetapi juga masyarakat,” ujar Josua.

Josua melihat optimisme investor domestik salah satunya tercermin pada kesepakatan sejumlah pelaku usaha properti untuk berinvestasi di Ibu Kota Nusantara (IKN).

Contoh tersebut diharapkan bisa menjadi sinyal positif dari investor domestik sehingga dapat membatasi perlambatan dari investor asing menjelang Pemilu.

Kendati demikian, Josua optimistis perlambatan investasi asing di Indonesia hanya akan terjadi sementara. Sebab, Indonesia memiliki kinerja perekonomian yang positif, sebagaimana kinerja Sovereign Credit Rating RI yang bertahan pada peringkat BBB dengan outlook stabil. Indonesia juga memiliki visi dan blueprint yang jelas untuk menjadi negara maju pada 2045.

“Jadi, harusnya itu menjadi daya tarik untuk investasi asing masuk lagi ke Indonesia,” jelas Josua dilansir antaranews.com