Emas Melemah 0,15% Efek Investor Tunggu Keputusan

SHARE

istimewa


CARAPANDANG - Harga emas melandai setelah pesta pora pada pekan lalu. Volatilitas harga emas diproyeksi tidak sekencang pekan lalu karena mulai meredanya ketegangan di Timur Tengah.

Harga emas di pasar spot pada perdagangan hari ini, Senin (6/11/2023) pukul 06:14 WIB ada di posisi US$ 1.989,19 per troy ons. Harganya melemah 0,15%. Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan sebesar 0,34% pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (3/11/2023).

Harga emas terbang selama dua pekan terakhir bahkan sempat menembus US$ 2.005,78 per troy ons pada 27 Oktober 2023.

Harga emas cenderung melemah pagi hari ini karena investor masih wait and see menunggu katalis berikutnya. Seperti diketahui, data tenaga kerja menopang pergerakan emas pekan lalu.

Data tenaga kerja yang memburuk ini menjadi kabar baik bagi dunia karena mencerminkan inflasi yang melambat sehingga memungkinkan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) melunak.

Nonfarm payrolls meningkat sebesar 150.000 pada bulan tersebut, Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada hari Jumat (3/11/2023). Data ini lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan konsensus Dow Jones yang memperkirakan kenaikan sebesar 170.000, dikutip dariCNBC International.

Tingkat pengangguran AS juga naik menjadi 3,9% pada Oktober. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan proyeksi pasar dan bertentangan dengan ekspektasi bahwa angka tersebut akan tetap stabil di 3,8%.

Bagi The Fed, penciptaan lapangan kerja yang relatif tenang ditambah dengan kenaikan upah yang hampir sesuai dengan ekspektasi menambah skenario di mana bank sentral tidak perlu melakukan apa pun.

Pemerintah dapat terus membiarkan data mengalir, tanpa harus mengubah suku bunga saat mereka mengevaluasi dampak dari 11 kenaikan suku bunga sebelumnya.

"Jika pasar tenaga kerja mulai memburuk, The Fed tidak bisa meneruskan kebijakan hawkishnya. Data kemarin menopang kondisi tersebut," tutur Phillip Streible, analis dari Blue Line Future, dikutip dari Reuters.

Analis dari OANDA, Craig Erlam, menjelaskan level harga emas US$ 2.000 per troy ons mungkin sulit di tembus. Pasalnya, faktor ketegangan geopolitik sudah tidak sekencang pekan-pekan sebelumnya.

"Level US$ 2.000 menjadi level penghalang psikologis yang susah ditembus. Momentum saat ini menunjukkan level tersebut mungkin sulit dicapai dalam kondisi seperti saat ini," ujar Erlam, dikutip dari Reuters.

Analis Tai Wong juga berpendapat sama. Harga emas kemungkinan akan mengalami konsolidasi atau hanya bergerak sangat moderat karena faktor geopolitik.

Seperti diketahui, emas melambung pada dua pekan terakhir salah satunya karena meletusnya perang Israel vs Hamas pada 7 Oktober 2023.

Sejak perang meletus, harga emas sudah melambung 8,7%.

Emas adalah aset aman sehingga akan dicari di saat terjadi ketegangan geopolitik.

"Perdamaian mungkin tidak akan tercipta dalam jangka dekat tapi perang sepertinya tidak akan meningkat dan meluas dalam jangka pendek. Emas sudah melaju kencang sebulan terakhir. Sepertinya emas akan konsolidasi atau naik secara moderat," tutur Tai Wong. dilansir cnbcindonesia.com