Emas Naik 0,02 Persen Efek Dolar Melemah

SHARE

istimewa


CARAPANDANG - Harga emas di pasar spot kembali menguat dan melanjutkan tren positif pada perdagangan sebelumnya. Penguatan ini menjadi penguatan dua hari beruntun menjelang laporan non-form payrolls AS.

Pada perdagangan Kamis (7/12/2023) harga emas di pasar spot ditutup menguat 0,17% di posisi US$ 2.028,34 per troy ons. Pada perdagangan Rabu, harga emas juga menguat 0,27%.

Sementara, hingga pukul 06.00 WIB Jumat (8/12/2023), harga emas di pasar spot bergerak lebih tinggi atau naik 0,02% di posisi US$ 2.028,69 per troy ons.

Harga emas di pasar spot menguat pada perdagangan Kamis karena melemahnya dolar menjelang data non-farm payrolls AS, karena para pelaku pasar mengharapkan tanda-tanda pasar tenaga kerja yang lebih lemah untuk meningkatkan peluang penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) pada awal bulan Maret 2024.

Pada periode sebelumnya, non-farm payrolls AS meningkat sebesar 150.000 pada bulan Oktober. Jumlah tersebut merupakan penurunan tajam dari perolehan sebesar 297.000 pada bulan September.

"Pasar sudah menentukan ekspektasi suku bunga," ujar Chris Gaffney, presiden pasar dunia di EverBank, tuturnya seperti dikutip Reuters.
Dia menambahkan bahwa satu-satunya risiko terhadap harga logam tahun depan adalah jika "The Fed harus mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama," imbuhnya.

Pada perdagangan Senin (4/12/2023), emas batangan mencapai titik tertinggi sepanjang masa di US$2,135.40 per troy ons karena meningkatnya spekulasi akan pemotongan suku bunga oleh The Fed, sebelum turun lebih dari US$100 karena ketidakpastian mengenai waktu pemotongan tersebut.

Perangkat FedWatch Tool CME menunjukkan pelaku pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 62% pada Maret tahun depan. Namun, analis Reuters menunjukkan bahwa suku bunga tidak berubah hingga setidaknya bulan Juli 2024.

Sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun mendekati posisi terendah dalam tiga bulan, Treasury AS 10 tahun ditutup di level 4,15% pada perdagangan kemarin Kamis (7/12/2023).

Begitu juga dengan dolar AS turun 0,48% di level 103,6 pada perdagangan kemarin, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Sementara "pendorong reli emas lebih lanjut telah ditetapkan," emas harus melakukan konsolidasi dan meluangkan waktu untuk menguji tingkat harga baru ini, ujar Everett Millman, kepala analis pasar di Gainesville Coins, dikutip Reuters.

Setelah kenaikan klaim pengangguran mingguan AS, para pelaku pasar bersiap untuk data non-farm payrolls pada Jumat untuk mencari tanda-tanda lebih lanjut dari melemahnya pasar tenaga kerja.

Konsensus pasar adalah soft landing di AS, yang secara historis membuat emas menjadi kurang menarik. Namun, ketegangan geopolitik di tahun pemilu yang penting bersamaan dengan pembelian bank sentral dapat mendukung emas pada tahun 2024, menurut Dewan Emas Dunia.

Sebagai catatan, Amerika memang baru akan menggelar pemilu pada November 2024 tetapi panasnya suhu politik AS menjelang pemilu diperkirakan sudah terasa sejak awal tahun.

Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.

Namun, suku bunga yang lebih rendah akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost memegang emas. Sehingga emas menjadi lebih menarik untuk dikoleksi. dilansir cnbcindonesia.com