Emas Naik 0,06 Persen Efek Data Dolar Melemah

SHARE

istimewa


CARAPANDANG - Harga emas di pasar spot dibuka lebih tinggi pada awal perdagangan pagi ini, setelah penurunan pada perdagangan sebelumnya. Emas sempat menembus rekor baru pada perdagangan Rabu (27/12/2023) tetapi melemah pada perdagangan Kamis kemarin.

Pada perdagangan Kamis (28/12/2023) harga emas di pasar spot ditutup melemah 0,59% di posisi US$ 2064,86 per troy ons.

Sementara, hingga pukul 06.30 WIB Jumat (29/12/2023), harga emas di pasar spot bergerak lebih tinggi atau naik 0,06% di posisi US$ 2066,14 per troy ons.

Harga emas melemah pada perdagangan Kamis, setelah menembus rekor pada Rabu di posisi US$ 2077 per troy ons.. Sebagai catatan, pada perdagangan Rabu (27/12/2023) harga emas di pasar spot ditutup menguat 0,51% di posisi US$ 2077,16 per troy ons. Harga tersebut menjadi rekor baru dan menumbangkan catatan sebelumnya di harga US$ 2.070,9 pada 1 Desember lalu. Dengan demikian, harga emas sudah mencetak rekor dua kali bulan ini.

Sebelum Desember, rekor terbaik emas adalahpada 6 Agustus 2020 yakni US$ 2.063,19 per troy ons.

Alasan harga emas kembali mendekati cakrawala dan kembali menguat menjelang akhir tahun yakni karena ekspektasi suku bunga dan melemahnya dolar.

Namun, indeks dolar kembali menggeliat kemarin dan ini membuat emas sedikit tertekan.

Indeks dolar AS naik 0,27% di level 100,93 pada Kamis (28/12/2023) setelah mencapai level terendah lima bulan. Begitu juga dengan Imbal hasil Treasury AS 10 tahun berada di level 3,84%, turun dari level terendah sejak bulan Juli.

Dolar tetap menguat meski data tenaga kerja AS mendingin. Klaim pengangguran AS naik minggu lalu, mengindikasikan pasar tenaga kerja terus melemah pada kuartal keempat tahun ini. Pada Jumat (22/12/2023) Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim pertama kali untuk tunjangan naik 2.000 menjadi 205.000 dalam pekan yang berakhir 16 Desember 2023.

Analis UBS, Giovanni Staunovo menjelaskan pelemahan emas hanya sementara karena sang logam mulia masih bisa menguat ke depan.

"Kami memperkirakan harga emas akan lebih tinggi dalam 12 bulan ke depan, dengan data ekonomi yang lebih lemah dan inflasi yang lebih rendah di AS akan memaksa The Fed untuk menurunkan suku bunganya," ujar Staunovo, dilansir dari Reuters.

Dari segi fisik, impor emas bersih China melalui Hong Kong naik sekitar 37% di bulan November dibandingkan bulan sebelumnya.

Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.

Namun, suku bunga yang lebih rendah akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost memegang emas. Sehingga emas menjadi lebih menarik untuk dikoleksi. dilansir cnbcindonesia.com