Emas Pekan Ini Melemah Efek Hawkish

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG - Harga emas pada pekan ini melemah setelah sejumlah pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menyampaikan pernyataan hawkishnya.

Merujuk Refinitiv, harga emas pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (9/2/2024) ada di posisi US$ 2.025,22 per troy ons. Harganya melemah 0,39%.
Pelemahan ini memperpanjang derita sang logam mulia pekan ini. Dalam sepekan terakhir, harga emas hanya menguat sekali yakni pada Selasa dan selebihnya ambruk.

Dalam sepekan, harga emas jatuh 0,7%. Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan sebesar 1% pada pekan sebelumnya.

Harga emas tertekan karena menguatnya indeks dolar serta imbal hasil US Treasury.
Indeks dolar menguat dari 103,92 pada pekan lalu menjadi 104,11 pada Jumat kemarin. Indeks dolar kini bergerak di angka 104 yang merupakan level tertingginya sejak awal Desember 2022 atau dua bulan terakhir.

Imbal hasil US Treasury 10 tahun juga menguat menjadi 4,18% atau posisi tertingginya dalam dua pekan lebih.

Kenaikan dolar membuat emas semakin mahal untuk dibeli sehingga kurang menarik. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik. Seperti diketahui, sejumlah pejabat The Fed terus menyuarakan pernyataan hawkish.

"The Fed sepertinya akan mempertahankan suku bunga acuan di level tinggi untuk waktu yang lama. Langkah ini sepertinya akan diikuti oleh bank sentral lain," tutur Everett Millman, chief market analyst dari Gainesville Coins, kepada Reuters.

"Saya perkirakan ada yang terjadi saat ini akan membuat harga emas bergerak dalam tren pelemahan. Titik support emas ada di US$ 1.960 tetapi saya tidak melihat emas ada di bawah level tersebut," imbuhnya.

Sejumlah pejabat The Fed menyampaikan pandangan mengenai kebijakan The Fed ke depan di beberapa acara pekan ini.
Mayoritas menegaskan jika The Fed belum akan memangkas suku bunga sampai mereka percaya diri jika inflasi akan turun ke kisaran 2%. Namun, terdapat pula pejabat yang cenderung dovish.
"Saat ini kebijakan kami sudah bagus, kamu sangat hati-hati dalam menilai data-data yang sudah ada dan outlook ke depan. Jika kami mulai percaya diri kamu akan mulai memangkas suku bunga tahun ini," tutur Presiden The Fed Boston Susan Collins di acara Boston Economic Club, kemarin, dikutip dari Reuters.

Sebelumnya, Chairman The Fed Jerome Powell sudah mengisyaratkan jika pemangkasan masih jauh.Powell dalam wawancaranya di "60 Minutes" di CBS mengatakan jika The Fed akan berhati-hati dalam memangkas suku bunga tahun ini.

"Kami ingin melihat bukti yang lebih meyakinkan jika inflasi melaju ke kisaran 2% sebelum mengambil langkah yang sangat penting berupa pemangkasan suku bunga," tutur Powell, dikutip dari CNBC International.

Presiden The Richmond President Thomas Barkin di acara The Economic Club of Washington juga menyampaikan pandangan hawkish. Dia menekankan jika The Fed akan sabar menunggu inflasi turun.

Sebaliknya, Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari memiliki pandangan yang lebihdovish.

"Saya bisa katakan dua atau tiga kali pemangkasan suku bunga tepat dilakukan sejarang jika melihat data yang ada," tuturnya dikutip dari CNBC International.

Perangkat CME FedWatch Tool menunjukkan hanya 17,5% pelaku pasar memproyeksi The Fed akan memangkas suku bunga pada Maret mendatang. Padahal, probabilitas pemangkasan masih mencapai 70% pada tiga pekan lalu. dilansir cnbcindonesia.com