Emas Turun 0,03% Efek Pelonggaran Moneter AS

SHARE

istimewa


CARAPANDANG - Harga emas di pasar spot kembali dibuka lebih rendah pada awal perdagangan har ini setelah sempat menembus All Time High (ATH) di level tertinggi pada perdagangan Senin kemarin (4/12/2023) di level US$2135,40 per troy ons. Penurunan ini membuat harga emas turun menjadi tiga hari beruntun.

Pada perdagangan Selasa (5/12/2023) harga emas di pasar spot ditutup terkoreksi 0,51% di posisi US$ 2.019,42 per troy ons.

Sementara, hingga pukul 05.30 WIB Rabu (6/12/2023), harga emas di pasar spot bergerak lebih rendah atau turun 0,03% di posisi US$ 2.018,91 per troy ons.

Emas tergelincir pada perdagangan Selasa setelah mencapai level tertinggi sepanjang masa di sesi sebelumnya karena dolar kembali menguat dan investor menahan diri untuk tidak membuat taruhan besar menjelang data ketenagakerjaan AS yang dapat memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai jalur suku bunga AS.

Pelemahan harga emas diprediksi hanya secara jangka pendek karena ketidakpastian mengenai waktu pelonggaran moneter AS, namun risiko geopolitik yang lebih luas akan memberikan dorongan menuju puncak baru untuk emas, menurut para analis.

"Kenaikan harga emas sudah habis dan terhenti setelah reli. Level US$2.000 per troy ons mungkin akan menjadi titik terendah jangka pendek di bawah pasar emas.," ujar Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals, dikutip dari Reuters.

Pada perdagangan Selasa (5/12/2023) dolar indeks terapresiasi 0,24% di level 103,9 mendekati level tertinggi dua minggu lalu, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Para pelaku pasar kini memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 66% pada bulan Maret 2024, menurut alat CME FedWatch. Suku bunga yang lebih rendah cenderung mendukung emas batangan yang tidak berbunga.

"Kami hanya memperkirakan harga (emas) akan naik selamanya menjadi US$2.100 per troy ons pada semester kedua tahun 2024, ketika The Fed mulai menurunkan suku bunganya," ujar Commerzbank dalam sebuah catatan kepada Reuters.

Pelaku pasar emas masih mempertimbangkan sejumlah indikator ekonomi terbaru. Data menunjukkan lowongan pekerjaan di AS turun ke level terendah dalam dua setengah tahun.

Diketahui laporan ketenagakerjaan pada periode Oktober menunjukkan pasar tenaga kerja yang melemah di AS, dengan banyak sektor yang menunjukkan pertumbuhan minimal atau negatif karena perekonomian secara keseluruhan hanya menambah 150.000 lapangan kerja. Hal ini menandakan bahwa suku bunga yang lebih tinggi mengurangi permintaan akan pekerja.

Investor mengamati laporan non-farm payrolls AS untuk November yang akan dirilis pada hari Jumat. Diketahui non-farm payrolls AS meningkat sebesar 150.000 pada  Oktober. Jumlah tersebut merupakan penurunan tajam dari perolehan sebesar 297.000 pada bulan September.

Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.

Namun, suku bunga yang lebih rendah akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost memegang emas. Sehingga emas menjadi lebih menarik untuk dikoleksi. dilansir cnbcindonesia.com