Emas Turun 0,22% Efek Tunggu Sinyal FED

SHARE

istimewa


CARAPANDANG - Harga emas mengangkasa pada pekan lalu. Harga emas diperkirakan sedikit tertahan pekan ini karena pasar menunggu sinyal bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) sebelum Federal Open Market Committee (FOMC) 1-2 November mendatang.

Harga emas pada perdagangan Senin (23/10/2023) pukul 05:42 WIB, ada di posisi US$ 1.976,83. Harganya melemah 0,22%. Pelemahan ini memutus tren luar biasa harga emas yang terbang 3,25% pada Selasa-Jumat pekan lalu atau empat perdagangan.

Harga emas bahkan melesat 1% lebih pada Rabu dan Kamis pekan lalu. Secara keseluruhan, harga emas terbang 2,55% dalam sepekan kemarin.

Harga emas terbang pekan lalu sejalan dengan memanasnya perang Israel vs Hamas serta melandainya ekspektasi pasar mengenai kebijakan suku bunga The Fed. 

Prang Israel-Hamas kini memasuki hari ke-16. Ini merupakan perang paling mematikan di antara lima perang di Gaza bagi kedua belah pihak. Kementerian Kesehatan Palestina pada Minggu mengatakan jumlah korban tewas di Gaza telah mencapai sedikitnya 4.651 orang sementara 14.254 orang lainnya terluka. Kementerian juga mengatakan 93 warga Palestina pun tewas dalam kekerasan dan serangan Israel di wilayah Palestina lain, Tepi Barat.

Israel sendiri mencatat dari 1.400 orang di Israel telah terbunuh, sebagian besar dalam serangan awal Hamas. Selain itu, 203 orang diyakini ditangkap oleh Hamas selama serangan tersebut dan dibawa ke Gaza.

"Orang-orang lari ke emas kembali karena status emas sebagai aset aman. Jika konflik di Timur Tengah terus memanas maka harga emas bisa kembali melambung di atas US$ 2.000 per troy ons, tutur Phillip Streible, analis dari Blue Line Futures, dikutip dari Reuters.

Analis dari Saxo Bank, Ole Hansen, bahkan memperkirakan emas bisa saja tembus ke rekor tertingginya di kisaran US$ 2.075 per troy ons jika konflik memanas. Namun, emas bisa terlempar jatuh dan bahkan ke arah US$ 1.946 jika konflik mereda dan The Fed kembali hawkish.
Pelaku pasar juga tengah menantikan rapat FOMC. The Fed akan segera menjalani masa black period di mana mereka tidak akan memberi pernyataan soal suku bunga selama sepekan sebelum FOMC pada 1-2 November.

Chairman The Fed Jerome Powell, pada pekan lalu, tetap mengisyaratkan kenaikan suku bunga tetapi ada risiko perlambatan ekonomi yang meningkat akibat perang.

Powell dalam pidatonya di acara Economic Outlook di Economic Club of New York (ECNY) Luncheon, New York, Kamis (19/10/2023) mengatakan inflasi dan ekonomi masih terlalu tinggi. Namun, tingginya imbal hasil US Treasury akan membuat ekonomi AS mendingin. dilansir cnbcindonesia.com