Emas Turun Efek Obligasi Tinggi dan Tertekan Dolar

SHARE

istimewa


CARAPANDANG - Harga emas berjangka merosot lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), terbebani oleh dolar AS yang lebih kuat dan kenaikan imbal hasil obligasi, sementara investor menantikan lebih banyak data ekonomi AS minggu ini yang dapat mempengaruhi sikap kebijakan Federal Reserve.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange anjlok 30,40 dolar AS atau 1,5 persen menjadi menetap di 1.978,80 dolar AS per ounce, setelah menyentuh tertinggi sesi di 2.004,40 dolar AS dan terendah sesi di 1.978,30 dolar AS.

“Harga emas melemah karena kami melihat pergerakan lebih tinggi dalam dolar AS. Ada juga aksi ambil untung jelang laporan data penggajian non-pertanian pekan ini,” kata Edward Moya, analis pasar senior di platform perdagangan daring OANDA.

Indeks dolar naik 0,5 persen ke level tertinggi tiga minggu terhadap para pesaingnya, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS naik karena investor memposisikan diri untuk pengumuman pengembalian dana obligasi pemerintah pada Rabu dan mengantisipasi lebih banyak ketahanan ekonomi ke depan, meskipun data pada Selasa (1/8) menunjukkan perlambatan dalam aktivitas.

Data pada Selasa (1/8) menunjukkan lowongan kerja AS turun ke level terendah dalam lebih dari dua tahun pada Juni, tetapi tetap pada level yang konsisten dengan kondisi pasar tenaga kerja yang ketat.

Sementara itu, manufaktur AS tampak stabil pada level yang lebih lemah pada Juli di tengah peningkatan pesanan baru secara bertahap.

Fokus sekarang bergeser ke laporan utama penggajian non-pertanian AS untuk Juli yang akan dirilis pada Jumat (4/8). Keseluruhan gaji diperkirakan akan naik 200.000 pekerjaan pada Juli setelah meningkat sebesar 209.000 pada Juni.

Emas mengakhiri Juli dengan kenaikan 2,5 persen - kenaikan bulanan terbesar dalam empat bulan - didorong oleh harapan bahwa bank-bank sentral global besar mendekati puncaknya dengan kenaikan suku bunga di tengah tanda-tanda perlambatan inflasi.

"Saya pikir Fed akan melewatkan kenaikan suku bunga pada pertemuan berikutnya jika kita melihat inflasi turun ... harga emas bisa berada dalam kisaran ketat dalam waktu dekat, tetapi pada akhirnya akan naik di atas 2.000 dolar AS per ounce," kata Moya.

Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Sementara itu, perak spot turun 2,0 persen menjadi 24,27 dolar AS per ounce, platinum turun sekitar 2,0 persen menjadi 930,50 dolar AS per ounce dan paladium jatuh 3,4 persen menjadi 1.238,84 dolar AS per ounce. dilansir antaranews.com