Film "Seperti Dendam", Kisah Cinta di Dunia Maskulin Yang Toksik

SHARE
1 / 3
2 / 3
3 / 3

istimewa


CARAPANDANG.COM - .Film "Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas" karya sutradara Edwin, merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karya Eka Kurniawan.

Film yang berlatar di Jawa Barat pada akhir tahun 80-an dan awal 90-an ini berkisah tentang Ajo Kawir (Marthino Lio), seorang jagoan yang tak takut mati. Namun, ia memiliki sebuah rahasia besar, yaitu dia impoten.

Semua orang di kabupaten tempat tinggal Ajo Kawir tahu bahwa dia tidak bisa "tampil" secara seksual. Hal itu mendorong Ajo untuk tak takut bertarung terus-terusan untuk membuktikan dia cukup jantan untuk segalanya. Ia -- sang jagoan kampung yang terjebak dengan ekspektasinya sebagai laki-laki di dunia maskulin.

Ajo, seperti yang diketahui, adalah seorang preman sewaan murahan yang dikirim untuk membuat keributan besar berskala lokal. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan wanita tangguh bernama Iteung (Ladya Cheryl).

Saat keduanya bertarung dalam serangkaian pertempuran, mereka jatuh cinta. Ajo malu tentang hubungan mengingat kondisinya. Namun, seiring berjalannya waktu, Iteung pun menginginkan dia untuk menjadi suaminya.

Iteung juga punya traumanya sendiri sebagai perempuan yang harus hidup di dunia yang maskulin. Iteung tumbuh untuk berani mengambil risiko dan keputusannya sendiri yang menjadikannya seorang tak kalah kuat.

Preman lain bernama Budi (Reza Rahadian) juga naksir Iteung dan berniat untuk menyabotase Ajo serta mempermalukannya dengan mendirikan bisnis penjualan minyak lintah dengan klaim menyembuhkan impotensi.

Hubungan tersebut lalu menjadi lebih rumit. Akankah Ajo menjalani kehidupan yang bahagia bersama Iteung dan, pada akhirnya, berdamai dengan dirinya?

Karena memiliki protagonis seorang preman, film banyak membawa elemen film aksi di dalamnya. Meski demikian, alih-alih menjadi sorotan utama dalam film, adegan bertarung yang dikemas dengan apik ini rasanya menjadi bumbu pelengkap dari premis utama dari film -- tentang maskulinitas yang toksik.
 

Halaman : 1