FSGI: Menyiapkan Infrastruktur Dan Protokol Kesehatan Jadi Dasar Utama Pembukaan Sekolah Tatap Muka

SHARE

Foto: Jabarekspres.com


CARAPANDANG.COM – Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) berinisiatif melakukan survey singkat tentang “Persepsi Guru  Atas Program Vaksinasi”. Survei diikuti oleh 2406 guru dari 23 provinsi di Indonesia. Hasil survei menunjukkan bahwa 97,73% guru bersedia di vaksin dan 8,17% guru menolak di vaksin dengan alasan khawatir efek samping  dan ragu pada kualitas vaksinnya.

Dari 2406 guru  yang mengikuti survey berasal dari jenjang pendidikan  PAUD/TK sampai SMA/SMK/MA dengan rincian sebagai berikut : 6,28% guru PAUD/  TK, 50,50% guru SD/ MI, 37,20% guru SMP/ MTs dan 5,99% guru SMA/ SMK/ MA. Adapun usia para guru  berada pada rentang rentang 20-59 tahun dengan rincian sebagai berikut : usia 20-29 tahun sebanyak 17,62%, guru yang berusia 30-39 tahun sebanyak 22,69%, guru yang berusia 40-49 tahun sebanyak 20,57% dan dominan diikuti oleh guru SMA/ SMK/ MA sebanyak 39,11%.

94,85% Guru Mengetahui Program Vaksinasi Guru

Pemerintah telah menetapkan guru sebagai kelompok prioritas tahap kedua pemberian vaksinasi Covid 19. Alasan guru ditetapkan sebagai kelompok prioritas adalah karena guru termasuk kelompok petugas pelayanan publik yang memiliki interaksi dan mobilitas tinggi dalam pekerjaannya. Meskipun siswa belum divaksin, namun pemerintah merencanakan buka sekolah tatap muka usai seluruh guru selesai di vaksin pada Juni 2021.

Dari total responden sebanyak 2.406 guru, mayoritas sebanyak 94,85% telah mengetahui informasi mengenai vaksinasi Covid 19 bagi guru. Sementara selebihnya 4,15% tidak mengetahui informasi ini.

Guru-guru yang mengetahui informasi mengenai vaksinasi Covid 19 bagi guru secara umum berasal dari pengumuman sekolah sebanyak 58,72%. Pengumuman sekolah ini biasanya disampaikan melalui pertemuan secara formal melalui tatap muka secara luring maupun daring dan media pengumuman sekolah lainnya. Selebihnya memperoleh informasi dari media online sebanyak 49,82%, media sosial sebanyak 45,71%, Televisi/ Radio sebanyak 43,34% dan media cetak sebanyak 20,16%.

Hasil survei ini menunjukkan bahwa mayoritas guru telah menerima informasi mengenai vaksinasi Covid 19 bagi guru. Secara dominan pula sumber informasi yang digunakan guru merupakan sumber informasi yang dapat dipercaya yaitu pengumunan sekolah dan media online. Walaupun masih ada guru yang menerima informasi dari media sosial dengan jumlah yang cukup banyak.

91,73% Guru Antusias Di Vaksinasi

Antusiasme guru untuk mengikuti Vaksinasi Covid 19 ternyata cukup besar dari keseluruhan responden, sebanyak 91,73% guru. Walaupun memang masih ada guru yang menyatakan tidak bersedia untuk divaksinasi sebanyak 8,27%.

Angka ini tentunya tidak bisa dipandang remeh mengingat target dari pelaksanaan vaksinasi Covid 19 bagi guru adalah bisa terlaksananya PTM di awal semester T.P. 2021-2022. Begitu PTM dilaksanakan tentunya tidak hanya guru dan tenaga kependidikan yang berada di sekolah tetapi juga siswa yang sampai dengan saat ini belum menjadi kelompok yang akan divaksinasi. Apabila masih ada guru yang belum divaksin plus siswa yang juga belum divaksin maka Herd Immunity secara komunal di lingkungan sekolah sulit untuk terbentuk.

Jika ditelusuri dasarkan asal wilayah ditemukan bahwa guru-guru yang berasal dari luar Jawa lebih banyak yang menolak untuk divaksin yaitu sebanyak 24,35%. Dibandingkan guru-guru yang berasal dari Jawa yang hanya 4,84%. Kondisi ini diduga paralel dengan situasi penyebaran Covid 19 yang lebih buruk di Pulau Jawa dibandingkan daerah lainnya. Juga paralel dengan penanganan dan pencegahan penyebaran Covid 19 yang ternyata lebih baik di Pulau Jawa dibandingkan daerah lainnya di luar Pulau Jawa.

Jika berdasarkan usia, terlihat bahwa usia guru yang lebih muda persentase ketidak sediaan mengikuti vaksinasi Covid 19 lebih besar. Pada guru yang berusia 20-29 ada sebanyak 10,61% yang tidak bersedia mengikuti vaksinasi, pada usia 30-39 sebanyak 10,97% dan pada usia 40-49% sebanyak 10,51%. Sedangkan pada usia 50-60 tahun hanya 4,67% yang menyatakan tidak bersedia.

Temuan ini juga masih sejalan dengan kondisi penyebaran Covid 19 dimana orang-orang yang berusia lebih lanjut, lebih rentan tertular Virus Covid 19. Bahkan yang meninggal akibat Covid 19 juga cenderung dialami oleh orang-orang yang berusia lanjut. Wajar jika kemudian guru-guru yang lebih berusia lebih lanjut cenderung sangat kecil ketidaksediaannya terhadap vaksinasi Covid 19.

Berdasarkan jenjang sekolah ternyata ketidaksediaan mengikuti vaksinasi dominan berasal dari guru pada jenjang sekolah SMA/ SMK/ MA yakni sebanyak 32,64%. Sementara bagi guru yang berasal dari jenjang lainnya relatif sedikit. Pada jenjang PAUD/ TK sebanyak 5,96%, pada jenjang SD/MI sebanyak 5,60% dan pada jenjang SMP/ MTs sebanyak 8,48%.

Patut diduga bahwa ketidaksediaan sebagian guru pada jenjang SMA/ SMK/ MA memang karena diakibatkan belum tersosialisasi dengan baik pelaksanaan vaksinasi Covid 19. Sebagaimana diketahui bahwa pelaksanaan vaksinasi Covid 19 untuk tahap awal diprioritaskan bagi jenjang sekolah yang lebih rendah.

Berdasarkan sosialisasi yang diterima oleh guru-guru ditemukan bahwa guru-guru yang belum menerima sosialisasi Covid 19, ketidaksediaannya mengikuti Vaksinasi Covid 19 cenderung lebih besar. Sebanyak 14,38% guru yang belum menerima sosialisasi menyatakan ketidaksediaannya mengikuti Vaksinasi Covid 19. Sementara guru yang sudah menerima sosialisasi hanya 1,57% yang menyatakan ketidaksediaannya.

Alasan Guru  Tidak Bersedia Di Vaksin

Sekitar 5 juta guru akan menjadi sasaran dari program ini dan direncanakan selesai bulan Juni 2021. Kick off vaksinasi guru sudah dilaksanakan sejak 24 Februari 2021. Namun, secara informal, di lapangan masih ada guru yang ragu-ragu bahkan menolak untuk divaksinasi.

Adapun alasan guru bersedia mengikuti vaksinasi Covid 19 karena ingin memiliki kekebalan tubuh terhadap penularan Virus Covid 19 sebanyak 79,43%. Berikutnya guru-guru berharap agar PTM dapat berjalan dengan aman jika dilaksanakan sebanyak 63,62%. Sebanyak 37,56% beralasan karena situasi penyebaran Covid 19 yang masih mengkhawatirkan, sebanyak 28,55% menyatakan karena tidak tahu kapan pandemi kapan akan berakhir dan sebanyak 17,58% yang menyatakan yakin dengan produk vaksinnya. Sisanya sebanyak 4,89% menyatakan karena takut diberikan sanksi atau hukuman dan sebanyak 0,63% karena ada paksaan dari atasan.

Sedangkan alasan guru tidak bersedia mengikuti Vaksinasi Covid 19 dikarenakan khawatir dengan efek samping dari Vaksinasi Covid 19 sebanyak 63,32% dan sebanyak 41,71% ragu dengan kualitas produk vaksin. Berikutnya beralasan memiliki penyakit bawaan (comorbid) sebanyak 25,13% dan karena pemberitaan negatif tentang vaksinasi di media sosial sebanyak 22,11%. Ada juga yang menyatakan karena masih ada kemungkinan tertular Virus Covid 19 sebanyak 12,06% dan penyebaran virus Covid 19 yang tidak mengkhawatirkan pada wilayah guru yang bersangkutan sebanyak 10,55%. Sisanya menyatakan bahwa lebih baik ikut vaksinasi secara mandiri sebanyak 3,02% dan sebanyak 0,3% karena tidak takut terinfeksi virus Covid 19.

Rekomendasi
1. FSGI mendorong Kemdikbud, Dinas-dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan di Daerah untuk melakukan sosialisasi lebih massif Khususnya untuk Guru Jenjang SMA/SMK dan yang berusia dibawah 50 tahun agar mendukung program vaksinasi covid-19;
2. FSGI mendorong Materi Sosialisasi ditekankan pada  Kualitas Vaksin dan Efek Sampingnya serta Jaminan Keberhasilan vaksin, karena guru-guru yang menolak vaksi meragukan kualitas vaksin dan mafaat bagi dirinya;
3. FSGI mendorong Pemerintah pusat dan daerah  membuat program yang terencana dan prioritas kepada Guru dan terinformasikan dengan baik ke seluruh guru negeri maupun swasta di seluruh wilayah Indonesia
4. FSGI mendorong pemerintah pusat dan daerah tidak menjadikan program Vaksinasi  dasar untuk membuka sekolah, sebelum memastikan tersedianya prokes di sekolah, dan adanya jaminan bahwa ada SOP Protokol Kesehatan dapat dijalankan oleh semua warga sekolah.