Gerakan Literasi untuk Indonesia Maju

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG -  Oleh: Emalia Fatimah, M.Pd, Guru Penggerak Angkatan 4 Kabupaten Bogor

Mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi salah satu tujuan dari republik ini berdiri. Dan upaya untuk  mewujudkan hal tersebut secara serius terus dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai kebijakannya. Masing-masing periode pemerintahan pasti memiliki kebijakan berbeda, tapi tujuannya sama yaitu mencetak sumber daya manusia (SDM) Indonesia  yang unggul.

Mencetak SDM yang unggul menjadi kunci untuk menghantarkan Indonesia menjadi bangsa yang tangguh. Tanpa SDM unggul Indonesia akan selalu jauh tertinggal dari bangsa-bangsa lain, sehingga tidak akan diperhitungkan di tingkat regional apalagi global.

Pentingnya SDM unggul, di era pemerintahan Presiden Joko Widodo pembangunan SDM menjadi prioritas utama, yakni membanguan SDM yang terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Presiden sangat sadar bahwa SDM unggul merupakan modal penting untuk keberlangsungan pembangunan  negeri ini.

Untuk mencapai tujuan tersebut di periode kedua pemerintahannya fokus pembangunan SDM terus diperkuat. Melalui tangan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim dengan program Merdeka Belajar diharapkan tujuan untuk mencetak SDM unggul semakin carah.

Hingga saat ini, program Merdeka Balajar telah memasuki episode ke-23:Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia. Merdeka Belajar epidode ke-23 ini melengkapi berbagai terobosan Merdeka Belajar sebelumnya yang berfokus pada peningkatan kompetensi literasi siswa, yaitu Kampus Mengajar sebagai bagian dari Kampus Merdeka (Eps-2), Literasi menjadi muatan utama program Kampus Mengajar, hingga saat ini lebih dari 90.000 mahasiswa membantu 20.000 sekolah menggiatkan literasi.

Selain itu, Program Organisasi Penggerak (Eps-4); melalui program ini sudah 156 lembaga telah mendampingi sekolah dan salah satu fokus kegiatan lembaga ini adalah penguatan literasi.  Kurikulum Merdeka (Eps-15); pada kurikulum ini memberikan ruang yang lebih leluasa bagi guru untuk memanfaatkan buku-buku bacaan dalam pembelajaran.

Literasi harus menjadi gerakan   

Untuk mencetak SDM unggul tidak bisa terpisahkan dari budaya literasi. Bangsa-bangsa maju tumbuh dan berkembang karena budaya literasi masyarakatnya tinggi. 

Lantas, bagaimana budaya literasi masyarakat di Indonesia? Jawabannya masih jauh tertinggal. Hal tersebut dapat tergambar pada hasil Asesmen Nasional (AN) tahun 2021 menunjukan bahwa Indonesia mengalami darurat literasi: 1 dari 2 peserta didik belum mencapai kompetensi minimum.

Hasil AN 2021 tersebut juga  konsisten dengan hasil Programme for Internatonal Student Assessment  (PISA) 20 tahun terakhir yang menunjukan bahwa skor literasi membaca peserta didik di Indonesia masih rendah dan belum berubah secara signifikan di bawah rata-rata perserta didik di negera anggota Organisation for Economic Co-operation and Development  (OECD).

Perlu upaya yang serius dan sistematis untuk mengubah ketertinggalan tersebut. Dan hal ini tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah, partisipasi masyarakat, orang tua, dll sangat dibutuhkan. Sehingga gerakan literasi di Indonesia bisa berjalan sesuai dengan yang dicita-citakan.

Kemendikbud-Ristek melalui program Merdeka Belajar Episode ke-23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia merupakan ikhtiar nyata dan sungguh-sungguh yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan minat baca masyarakat sejak dini. Melalui program ini, pada tahun 2022, Kemendikbud-Ristek telah mendistribusikan lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu yang disertai dengan pelatihan dan pendampingan untuk lebih dari 20 ribu PAUD dan SD yang paling membutuhkan di  470 kabupaten/kota.

Menurut penulis langkah tersebut sudah sangat tepat untuk dilakukan. Sebab, untuk menumbuhkan minat baca harus dilakukan sejak dini. Menghadirkan bacaan-bacaan yang tepat dan menarik menjadi keniscayaan.

Maka itu dibutuhkan buku-buku yang tepat agar siswa tertarik untuk membacanya. Pasalnya buku memiliki peran penting dalam meningkatkan kompetensi literasi dan penumbuhan minat baca.  Sebaliknya, jika pemilihan buku tidak tepat akan membuat upaya penumbuhan minat baca tidak efektif.

Bangkitkan minat baca siswa yang sesuai umurnya

Selain pemilihan buku yang tepat untuk membangkitkan minat baca siswa/peserta didik, guru juga memiliki peran penting, yakni guru harus juga bisa hadir menjadi teladan dalam membaca.

Hal tersebut sangat penting untuk dilakukan, pasalnya peserta didik/siswa akan mencontoh dari gurunya. Jika gurunya gemar membaca maka anak akan termotivasi untuk gemar membaca juga.

Menjadi guru tidak hanya sekadar mengajar menyampaikan pelajaran (ilmu pengetahuan) kepada peserta didik/siswa. Tapi harus mampu membangun kesadaran pentingnya membaca.

Sehingga guru yang hebat adalah bagaimana dia memiliki keterampilan literasi yang kuat serta mampu mengembangkan keterampilan literasi siswanya. Keterampilan yang dimaksud tidak hanya literasi dalam mambaca, menulis dan berbicara, tapi juga kemampuan untuk memahami dan menganalisa hasil bacaannya serta literasi numerasi. Selain itu, guru juga harus bisa mengikuti perkembangan terkini dalam dunia letarasi, seperti trend teknologi terbaru yang digunakan dalam pengajaran literasi.

Tidak hanya guru, peran masyarakat, lingkungan dan orang tua juga sangat penting untuk membangkitkan minat baca siswa. Sehingga kegiatan literasi tidak hanya berlangsung di sekolah, tapi juga berlangsung di lingkungan masyarakat hingga di lingkungan keluarga.

Usaha pemerintah dalam menghidupkan budaya literasi tidak bisa berjalan sendiri. Tapi juga butuh partisipasi aktif semua pihak. Jika berjalan bersama maka Indonesia akan menjadi bangsa yang cinta membaca. Dengan membaca kita akan mengetahui banyak hal. Inilah pintu masuk untuk mewujudkan SDM Indonesia yang unggul.Â