Ini Lima Poin Catatan Muhammadiyah Tentang Penyebab Buruknya Penanganan Covid-19 Di Indonesia

SHARE

carapandang.com - Muhammadiyah


CARAPANDANG.COM - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan beberapa catatan penyebab buruknya penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.

Pertama, Haedar menilai masih banyaknya masyarakat yang enggan memperhatikan ahli pandemi (epidemiolog) dan lebih memilih mengikuti tokoh-tokoh yang terus mempromosikan pemikiran konspirasi soal Covid-19.

“Karena kalau terus-terusan dikembangkan pandangan Anti Covid, Anti Vaksin itu masyarakat lengah, kemudian mereka yang kerja di rumah sakit tambah berat beban kerjanya dan itu kan tidak mustahil menciptakan disharmoni di kalangan masyarakat,” jelas Haedar Nashir yang dilansir dari laman resmi muhammadiyah.or.id, Jumat (25/3/2021).

Kedua, adanya pernyataan kelompok antiCovid-19 dan antiVaksin yang terus menganggap bahwa pasien dan korban meninggal karena Covid-19 hanyalah sebuah rekayasa.

Ketiga, dia mengatakan adanya kebijakan Pemerintah, baik pusat dan daerah, yang kerap disharmoni dan inkonsisten. Hal itu menyebabkan besarnya dukungan masyarakat kepada tokoh-totoh AntiCovid-19 dan AntiVaksin di Indonesia.

“Ini biasanya sering ada disharmoni antarpusat, antardaerah, dan antarbidang. Di satu sisi melarang mudik, tapi bidang lain membuka wisata. Nah, ini kan tidak harmonis sebenarnya,” ujar Haedar.

Keempat, dia mengatakan karakter masyarakat yang dikenal tidak disiplin, suka melanggar peraturan dan apatis.

Menurutnya, sebagian masyarakat mungkin karena sudah lelah, sudah capek, sudah bosan, lalu tidak disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Terakhir, Haedar mengatakan adanya dampak pandemi Covid-19 yang menambah beban di berbagai sektor, baik dari sektor ekonomi maupun budaya.

Ditambah lagi dari pemerintah yang seringkali bimbang antara memulihkan ekonomi atau memulihkan kesehatan masyarakat.

Haedar berpesan dalam menghadapi pandemi dengan lima masalah tambahan ini harus diimbangi dengan kesabaran, kebersamaan, tidak saling menyalahkan dan mengembangkan berbagai sisi positif dari pandemi.

“Musibah itu selalu dalam kuasa Allah. Kita ikhtiar yang maksimal, kita munajat kepada Allah yang maksimal, kita bangun kebersamaan yang maksimal tapi juga pasrah, berdoa dan terus memohon pada Allah agar Allah meringankan dan mencabut musibah ini,” ucapnya.