Kamboja Berharap RCEP dan FTA Bilateral Dapat Meningkatkan Ekspor

SHARE


CARAPANDANG - Kamboja menaruh harapan pada perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) dan perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) bilateral untuk meningkatkan ekspor barang garmen, alas kaki, dan perjalanan (garment, footwear and travel/GFT).

Industri barang GFT merupakan penyumbang devisa terbesar bagi Kamboja. Sektor ini terdiri dari sekitar 1.100 pabrik dan cabang, mempekerjakan sekitar 750.000 pekerja yang mayoritas perempuan.

Presiden Asosiasi Alas Kaki Kamboja Ly Khun Thai mengatakan, negara Asia Tenggara tersebut mencatat peningkatan yang signifikan dalam ekspor sepatu ke China dan Korea Selatan sejak RCEP dan FTA bilateral Kamboja dengan kedua negara itu mulai berlaku tahun lalu.

"Ada banyak negara di bawah perjanjian RCEP. Dengan tarif preferensial, kami berharap dapat menerima lebih banyak pesanan pembelian untuk produk GFT kami dari negara-negara anggota RCEP tersebut," katanya kepada sebuah saluran TV lokal pada Jumat (14/7).

Komentarnya muncul setelah negara kerajaan itu mencatat penurunan hampir seperlima dalam ekspor produk GFT selama paruh pertama 2023. Saat ini, pasar utama barang GFT Kamboja adalah Eropa, Amerika Serikat (AS), dan Kanada.

Sebagai penyumbang devisa terbesar bagi Kamboja, barang garmen, alas kaki, dan perjalanan (garment, footwear and travel/GFT) di negara Asia Tenggara itu mencatat penurunan ekspor pada paruh pertama 2023, sehingga Pemerintah Kamboja menaruh harapan pada RCEP dan FTA bilateral untuk meningkatkan pertumbuhannya.

Menurut laporan Departemen Umum Bea dan Cukai, Kamboja mengekspor barang GFT senilai 5,26 miliar dolar AS dari Januari hingga Juni tahun ini, turun 18,7 persen dari 6,47 miliar dolar pada periode yang sama tahun lalu.