Kebijakan Moneter Struktural China Capai 6,9 Triliun Yuan

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG - Saldo terutang (outstanding balance) dari instrumen kebijakan moneter struktural China mencapai 6,9 triliun yuan (1 yuan = Rp2.100) per akhir Juni 2023, tunjuk data dari People's Bank of China (PBOC), bank sentral China, pada Kamis (17/8).

Dalam sebuah laporan kuartalan, bank sentral itu mengatakan bahwa jumlah tersebut masih berada pada level yang wajar dan instrumen tersebut memprioritaskan bidang-bidang yang paling membutuhkan dukungan keuangan, termasuk pembangunan rendah karbon, inovasi ilmiah dan teknologi, serta pembiayaan inklusif.

Dalam beberapa tahun terakhir, PBOC terus menyesuaikan dan meningkatkan instrumen kebijakan moneter strukturalnya, papar laporan itu, sembari menambahkan bahwa outstanding balance dari instrumen kebijakan moneter struktural mencakup 16 persen dari total asetnya, yang berada pada level yang sama dibandingkan dengan pasar-pasar lain seperti zona euro, Inggris, dan Jepang.

Per akhir Juni, pembiayaan kembali (refinancing) PBOC untuk sektor pertanian mencapai 565,8 miliar yuan, sementara jumlah untuk perusahaan kecil dan mikro sedikit di atas 1,42 triliun yuan.

Bank sentral itu juga mendukung bank-bank komersial untuk meningkatkan jumlah pinjaman melalui skema kredit mikro sebesar 2,7 triliun yuan. Laporan tersebut menunjukkan outstanding balance dari pembiayaan kembali tujuan khusus untuk pengurangan karbon meningkat sebesar 143,3 miliar yuan dibandingkan dengan awal tahun 2023.   

Per akhir Juni, skema dukungan pinjaman PBOC untuk pasar properti mencapai 500 juta yuan. Skema ini akan diperpanjang hingga Mei 2024, menurut laporan itu.