Keluhan Kepsek SLBN 1 Tanjungpinang Untuk Pemerintah Provinsi Kepri

SHARE

Kepsek SLB Negeri 1 Tanjungpinang, Kalisni bersama siswa-siswinya menyampaikan salam literasi


CARAPANDANG.COM – Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Tanjungpinang, Kalisni mengeluhkan tentang kekurangan tenaga pengajar untuk anak-anak yang bersekolah disana. Pasalnya, saat ini guru yang ada tidak sesuai dengan rasio siswa yang semakin banyak. Hal ini pun diharapkan dapat diperhatikan pemerintah daerah, agar pada saat CPNS nanti juga memikirkan penerimaan guru SLB.

“Memang bukan seperti sekolah pada umumnya yang rasio kelas 32 siswa ditangani satu guru. Di SLB, 1 guru normalnya hanya menangani 5 orang siswa saja, namun saat ini sampai 16 siswa yang ditangani oleh satu guru. Untuk itu, saat ada tes calon pegawai negeri sipil (CPNS), saya berharap Pemerintah bisa memasukkan formasi guru SLB untuk penambahan guru kita,” kata Kalisni, Kamis (2/8/2018).

Kebutuhan ini mendesak dan sangat beralasan, kata Kalisni. Pasalnya semua tahu bahwa anak Disabilitas penanganannya tidak sama seperti anak pada umumnya.

"Seperti guru mengajarkan anak tentang pulpen. Itu harus diterangkan dulu tentang namanya. Kemudian isinya, warnanya, belinya dimana, kegunaannya untuk apa sampai ke hal yang tidak boleh di lakukan dengan alat itu. Satu pembahasan itu saja butuh tiga sampai empat jam," kata Kalisni.

"Itu juga kalau mereka benar-benar tanggap. Jika tidak maka harus diulangi keesokan harinya, sampai mereka mengerti," tambahnya.

Untuk itu, kata dia, dapat dirasakan bagaimana perjuangan guru yang berjumlah sekitar 37 orang lebih harus mengurusi anak berjumlah ratusan orang. 

"Kita kekurangan guru bidang studi. Karena memang di sekolah, guru bidang studi yang PNS sedikit. Kita PNS hanya 16 orang termasuk saya. Sementara sisanya guru tidak tetap," kata Kalisni.

Selain itu, SLB tersebut juga kekurangan ruang belajar. Idealnya, dengan jumlah siswa saat ini, SLB Negeri 1 Tanjungpinang harus memiliki 25 ruang belajar. Namun nyatanya, saat ini hanya 13 ruang saja yang ada. 

"Untuk mensiasati, kita bagi saja ruang kelasnya, satu ruang kelas disekat sehingga bisa jadi dua ruangan," kata Kalisni.

Kalisni berharap SLB menjadi salah satu sekolah yang diprioritaskan untuk perbaikan dan penambahan guru.