Kemendikbudristek Luncurkan Buku Peluang Karier Industri Film Indonesia

SHARE

Para Pembicara dalam kegiatan peluncuran buku


CARAPANDANG.COM – Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggagas peluncuran dan bedah buku “Peluang Karier Industri Film Indonesia” yang terintegrasi dalam tiga jilid buku. Kegiatan tersebut bertujuan menyosialisasikan dan memberikan akses kepada para pelaku film, pemangku kepentingan, komunitas, dan masyarakat umum.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, pada webinar peluncuran dan bedah buku “Peluang Karier Industri Film Indonesia”  mengatakan, salah satu upaya yang telah diinisiasi oleh insan perfilman di tengah kecamuk pandemi ini penting sebagai rujukan bagi para pelaku perfilman nasional. “Hadirnya tiga jilid buku Peluang Karier Industi Film Indonesia ini dapat jadi rujukan baik di dalam dunia pendidikan maupun industri perfilman,” ujarnya secara daring pada Rabu, (18/8/2021).

Lebih lanjut, Mendikbudristek mengapresiasi upaya para insan perfilman dan berharap buku yang disusun sejak 2020 ini dapat memperkaya wawasan para pelaku industri perfilman, terutama pemahaman tentang ragam profesi, regulasi, serta istilah-istilah yang saat ini berkembang dalam industri perfilman nasional.

Menteri Nadiem juga menekankan, dalam membangun dunia perfilman yang berkualitas, diperlukan pembinaan terhadap sumber daya manusia di bidang perfilman yang konsisten disertai dengan semangat juang yang tinggi, gotong royong, dan inovasi dari pemerintah bersama segenap insan perfilman nasional.

“Semangat yang terus tumbuh di tengah berbagai tantangan ini perlu dijaga, salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) perfilman. Oleh karena itu, Kemendikbudristek bersama segenap insan perfilman memiliki tanggung jawab untuk memastikan agar kualitas SDM perfilman terus terjaga,” ujarnya.

Menteri Nadiem berharap, peluncuran buku ini bisa membuka jalan bagi produksi pengetahuan lainnya di industri film dan menjadi penghubung antara dunia pendidikan dengan dunia industri perfilman. “Saya berharap buku ini akan terus memberikan manfaat dan dapat dinikmati masyarakat secara luas. Selamat membaca dan semangat menebarkan kebaikan,” pungkasnya.

Senada dengan itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan, Hilmar Farid, mengatakan, penyusunan buku tentang perfilman ini diinisiasi atas dasar pentingnya memberikan pemahaman yang lebih praktis kepada masyarakat dan membuka mata semua pihak yang terlibat dalam produksi film.

“Ini (panduan) kalau mau produksi yang proper. Kalau kita mau mengejar kualitas maka buku ini bisa menjadi landasannya,” ucapnya. Namun, ia juga mengingatkan, sebelum memproduksi film, harus memperhatikan kanal/media yang akan digunakan untuk memutar film tersebut. Hal ini agar investasi dalam produksi film sesuai sasaran.

Dijelaskan Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Judi Wahjudin, bahwa terbitnya buku ini menunjukkan bahwa insan perfilman yang dimotori oleh berbagai organisasi profesi bidang perfilman telah bahu membahu menyusun berbagai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan Kerangka Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (KKNI) dalam bidang perfilman. Penyusunan standar bertujuan menjaga kualitas tenaga di bidang perflman dan menjadi satu standar minimal yang menjadi acuan.

Menurut Judi Wahjudin, upaya ini penting dilakukan karena selain untuk menjaga kualitas produk perfilman Indonesia juga agar para pelaku profesi perfilman memiliki kesiapan untuk bersaing dalam dunia kerja internasional. Upaya standarisasi dan peningkatan kompetensi bagi insan perfilman Indonesia, lanjutnya, telah dilaksanakan oleh Kemendikbudristek melalui Pusat Pengembangan Perfilman dengan penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, Peta Okupasi, dan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.

“Upaya ini dilanjutkan oleh Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan yang telah ikut mengawal disahkannya KKNI dan sejak tahun lalu telah memfasilitasi pelaksanaan Sertifikasi Profesi Bidang Perfilman dan penyusunan buku “Peluang Karier Industri Film Indonesia” yang akan diluncurkan pada hari ini,” imbuhnya.

Dari tiga jilid buku, jilid pertama membahas ragam profesi dalam industri perfilman. Di jilid kedua, berisi himpunan regulasi dalam bidang perfilman. Sementara itu, jilid ketiga memuat daftar istilah atau glosarium dalam industri perfilman. Kehadiran tiga jilid buku ini penting sebagai referensi bagi pelaku perfilman, penikmat film, dan yang terpenting adalah dunia pendidikan.

“Kami sangat mengapresiasi tersusunnya buku Peluang Karier Industri Film Indonesia. Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada para penyusun, narasumber, dan tim yang telah terlibat dalam penyusunan buku ini,” kata Judi Wahjudin.

Pada kegiatan ini, hadir tiga pembicara yang mewakili tiga aspek terpenting dalam peningkatan kualitas industri perfilman. Pertama yaitu Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid, yang menyampaikan materi Pemajuan Kebudayaan melalui Perfilman. Kedua, mewakili insan perfilman yakni, Ki Slamet Rahardjo, yang membahas pandangannya mengenai Buku Jenis Profesi. Ketiga, selaku perwakilan praktisi dari dunia perfilman adalah Gunawan Paggaru, yang membahas peluang karier dalam industri perfilman di Indonesia secara umum.

Peran Strategis Film sebagai Media Pendidikan Alternatif bagi Masyarakat

Menteri Nadiem pada kesempatan ini menyampaikan bahwa film berperan strategis sebagai media pembelajaran alternatif bagi masyarakat terutama di masa pandemi Covid-19. Ia menyebut, bahwa di tengah pandemi Covid-19, justru inovasi, kreativitas, dan semangat juang para insan perfilman tidak padam. Melainkan, mereka terus berkontribusi positif melahirkan berbagai karya film di tengah segala keterbatasan dalam produksi.

“Kata kuncinya adalah adaptasi. Adaptasi atau penyesuaian diri pada situasi bukanlah sebuah pilihan, akan tetapi keharusan bagi dunia perfilman kita,” jelasnya memberi solusi terhadap tantangan yang dihadapi dewasa ini.

Menteri Nadiem mengakui, menjawab tantangan itu bukanlah perkara mudah. Namun, diyakininya, segala tantangan yang ada saat ini bukan mustahil dapat terjawab di hari-hari mendatang. “Ke depannya saya berharap kolaborasi (antar pemangku kebijakan film) melahirkan lebih banyak insiatif yang memerdekakan pelaku perfilman nasional untuk belajar dan berkarya,” tuturnya.

Sementara itu, Dirjen Hilmar menjabarkan, peran film memiliki nilai strategis terkait dengan pendidikan yang berkualitas dan upaya pemajuan kebudayaan. “Oleh sebab itu, kalau di kita ada pengembangan literasi film media yang membekali siswa dan orang tua menghadapi gelombang screen culture di mana mereka terekspos berbagai macam media, orang tua kewalahan memlih mana (informasi) yang benar dan yang tidak,” jelas Dirjen Hilmar.

Dirjen Hilmar menambahkan, terdapat program pemanfaatan film sebagai bahan ajar di sekolah. Efeknya, saat ini masyarakat menonton film tidak hanya sekadar hiburan melainkan juga ada misi pendidikan (yang ingin disampaikan). Ia juga menyoroti kondisi para pekerja film di masa pandemi. Dikatakannya bahwa perlindungan terhadap seluruh pekerja film dan kebudayaan semakin krusial saat terjadi penurunan produksi film. Perlu waktu yang relatif lama untuk bangkit kembali. “Direktorat PTLK saat ini sedang memetakan siapa aja yang terdampak,” ungkapnya.

Menyambung hal itu, ia menekankan pula pentingnya kolaborasi dan menjadi tugas bagi semua pemangku kepentingan film dan kebudayaan untuk membangun ekosistem bersama. “Perjalanan kita masih panjang ini perlu gotong royong semua elemen sehingga kita berharap ada banyak pencerahan untuk menata langkah kita yang lebih baik ke depannya,” imbuhnya.

Kemendikbudristek melalui Ditjen Kebudayaan berfokus pada penguatan SDM, selain itu melalui Indonesiana Film ada yang berfokus pada aspek produksi, kerja sama dengan komisi daerah juga dilakukan berkolaborasi dengan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia. “Semua pemangku kepentingan kebudayaan ini harus dipertemukan," pungkas Dirjen Hilmar.