Kemenkes: Pendekatan STBM di Sekolah Via Metode Partisipatif Efektif

SHARE


CARAPANDANG - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Maxi Rein Rondonuwu menilai pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di sekolah atau madrasah melalui metode pemicuan dan partisipatif efektif dan efisien.

"Pendekatan STBM melalui metode itu cukup efektif dan efisien, terutama dalam mengubah perilaku warga sekolah atau madrasah, khususnya pada aspek-aspek praktik yang benar di lingkungan sekolah atau madrasah," ujar Maxi dalam sambutan peluncuran buku panduan STBM yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.

Ia menyampaikan buku panduan itu mengintegrasikan STBM dengan Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) serta menekankan pada isu kesetaraan gender dan inklusi sosial serta isu mengenai hak anak, termasuk hak untuk partisipasi, hak kesehatan dan hak pendidikan.

Menurutnya, hal ini sejalan dengan program Trias UKS/M, yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.

Di Indonesia, kata Maxi, data profil sanitasi sekolah pada tahun 2022 menunjukkan fakta bahwa terdapat 293.086 sekolah yang tidak memiliki akses terhadap layanan air minum, sanitasi dan kebersihan dasar, bahkan masih banyak ditemukan toilet laki-laki dan perempuan tidak dipisahkan.

Menurut hasil studi Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) dan SMERU Research Institute tahun 2018, tercatat 79 persen pelajar perempuan tidak pernah mengganti pembalut di sekolah, karena tidak nyaman. Hal ini menyebabkan mereka kehilangan waktu belajar dibandingkan yang lain.

Direktur Penyehatan Lingkungan, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes Anas Maruf menambahkan mengaplikasikan Buku Panduan STBM di sekolah penting untuk perubahan perilaku hidup bersih dan sehat mulai dari tingkat sekolah atau madrasah.

"Mengintegrasikan STBM dengan program MKM akan memastikan tercapainya akses terhadap sanitasi dan kebersihan untuk semua, dengan memberikan perhatian khusus terhadap kebutuhan perempuan dan anak perempuan," katanya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti menyampaikan akses sanitasi di sekolah atau madrasah yang layak dapat berkontribusi dalam mengurangi angka masalah gagal tumbuh anak atau stunting.

"Hal ini juga sesuai dengan mandat SDGs ke-3, yakni menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia termasuk anak-anak dan kaum muda," katanya.