Kesepian & Benarkah Ini Cinta? (Film ‘Love for Sale’)

SHARE

Film Love for Sale (Book My Show)


CARAPANDANG.COM – Cinta, kata itu dapat diterjemahkan rupa-rupa dalam sinema. Dengan gaya kalimat romantis serta tindakan praktis tak terduga seperti film ‘Dilan 1990’. Atau pun dengan si pendiam pujangga ala Rangga di film ‘Ada Apa Dengan Cinta?’. Atau dengan pagutan psikologis seperti film ‘Posesif’.

Melihat trailer film ‘Love for Sale’ sebenarnya telah menerjemahkan pada peta kemungkinan arah dari film ini. Namun, seperti menyelami samudra, ada kejutan dan keindahan yang membuat Anda nyaman untuk masuk ke kedalaman yang lebih intens.

Film yang disutradarai Andi Bachtiar Yusuf ini berporos pada dua sosok utama yakni Richard Ahmad Widjaja (Gading Marten) dan Arini Kusuma (Della Dartyan). Richard (41 tahun) telah terlalu lama sendiri. Sampai sebuah “taruhan harga diri” mendamparkannya untuk memilih aplikasi Love Inc.. Aplikasi ini memungkinkan Richard untuk menyewa “pendamping”. “Pendamping” itu bisa untuk dibawa ke pernikahan, prospek untuk perjodohan, dan sebagainya. Sang “pendamping” yakni Arini harus memenuhi kontrak kerja 45 hari mendampingi Richard. Arini membangun argumen dialah tulang punggung keluarganya, sementara sang ayah mengalami sakit ingatan parah seperti Drew Barrymore di film ‘50 First Dates’.

Berawal dari titik hulu sekadar menemani ke pernikahan teman, Arini untuk hari-hari berikutnya memberi dinamika bagi Richard. Mulai dari urusan perut hingga di bawah perut. Mulai dari menyiapkan makan, hingga memberikan kenyamanan berpasangan. Richard sang pengusaha percetakan yang ketus dan tepat waktu ini pun, tersentuh dengan romansa cinta ala orang pacaran.

Tapi ini bukan sekadar kisah linier yang datar. Film yang diproduseri oleh Angga Dwimas Sasongko dan Chicco Jerikho ini dengan cerkas memainkan “roller coaster” menurunnya di saat cinta telah berbunga-bunga. Dan aneka titik-titik yang ditebarkan di sepanjang cerita pun menimbulkan pertanyaan benarkah ini cinta? Ataukah sekadar bisnis, sekadar acting, kepalsuan?

Namun di tengah kegamangan dan lintasan pertanyaan, monolog singkat Richard pun tepat jadi konklusi bahwa cinta adalah risiko. Sudikah Anda menaiki roller coaster risiko itu?