CARAPANDANG.COM - Masalah penanggulangan terorisme masih menjadi masalah serius di dunia Islam. Indonesia sebagai negara yang manyoritas masyarakatnya beragama Islam memiliki peran ini.
Maka itu Koalisi Militer Islam untuk Pemberantasan Terorisme (Islamic Military Counter Terrorism Coalition/IMCTC) membuka pintu bagi keterlibatan Indonesia dalam kerja sama penanggulangan terorisme.
Demikian disampaikan Kepala IMCTC, Jenderal Rahid Syarif, di Riyadh, saat menerima kunjungan delegasi Indonesia untuk pameran budaya Al Janadriyah yang dipimpin Letjen (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, Rabu (19/12).
Negara-negara Islam harus membangun kerjasama untuk memberantas terorisme. Sebab, selama ini negara Islam selalu menjadi korban aksi terorisme dan ekstrimisme.
"Ancaman terorisme telah melewati batas negara dan Islam selama ini selalu menjadi korban aksi terorisme dan ekstrimisme. Karena itu penting bagi dunia Islam untuk bekerja sama memberantas kejahatan luar biasa ini," katanya.
Menurut Syarif, keterlibatan Indonesia dapat memperkuat aliansi itu, karena Indonesia dinilai memiliki pengalaman yang luas dalam penanggulangan dan pemberantasan aksi terorisme. IMCTC, sejak didirikan setahun lalu, beranggotakan sebanyak 41 negara Muslim di kawasan Timur Tengah, Afrika, Asia Selatan dan Tenggara, seperti Arab Saudi, Mesir, Kuwait, Qatar, Pakistan, Brunei Darussalam dan Malaysia.
Negara-negara Islam, kata Syarif, membutuhkan koalisi ini karena organisasi teroris mencemarkan nilai-nilai Islam. Stigma bahwa Islam dekat dengan terorisme, harus direafirmasi dengan nilai-nilai islam yang moderat, damai, toleran, dan senantiasa ingin hidup berdampingan.
Sementara itu, Sjafrie Sjamsoeddin menyatakan Indonesia memiliki pemahaman yang sama dengan IMCTC bahwa terorisme merupakan masalah besar bagi dunia Islam. "Semangatnya sama, yakni bagaimana dunia bersama-sama memerangi terorisme," kata Mantan Wakil Menteri Pertahanan itu.
Namun, kata Sjafrie, Indonesia sulit untuk bergabung dalam sebuah aliansi militer, karena dalam UUD 1945 ditegaskan kebijaksanaan luar negeri Indonesia adalah non-blok. Sjafrie menyatakan Wakil Presiden Jusuf Kalla tidak menyetujui Indonesia untuk bergabung dalam aliansi itu. Namun, Indonesia akan mencari bentuk kerja sama lain dalam penanggulangan terorisme.
Indonesia sejauh ini menjadi salah satu negara yang paling berhasil dalam penanganan terorisme. Sejauh ini setidaknya sudah lebih dari 2.000 teroris ditangkap oleh Densus 88. Di kawasan Asia Tenggara Indonesia juga telah menjalin kerjasama penanggulangan terorisme bersama Filipina dan Malaysia, terutama dengan menggalang patroli bersama di sejumlah kawasan.
Maka itu Koalisi Militer Islam untuk Pemberantasan Terorisme (Islamic Military Counter Terrorism Coalition/IMCTC) membuka pintu bagi keterlibatan Indonesia dalam kerja sama penanggulangan terorisme.
Demikian disampaikan Kepala IMCTC, Jenderal Rahid Syarif, di Riyadh, saat menerima kunjungan delegasi Indonesia untuk pameran budaya Al Janadriyah yang dipimpin Letjen (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, Rabu (19/12).
Negara-negara Islam harus membangun kerjasama untuk memberantas terorisme. Sebab, selama ini negara Islam selalu menjadi korban aksi terorisme dan ekstrimisme.
"Ancaman terorisme telah melewati batas negara dan Islam selama ini selalu menjadi korban aksi terorisme dan ekstrimisme. Karena itu penting bagi dunia Islam untuk bekerja sama memberantas kejahatan luar biasa ini," katanya.
Menurut Syarif, keterlibatan Indonesia dapat memperkuat aliansi itu, karena Indonesia dinilai memiliki pengalaman yang luas dalam penanggulangan dan pemberantasan aksi terorisme. IMCTC, sejak didirikan setahun lalu, beranggotakan sebanyak 41 negara Muslim di kawasan Timur Tengah, Afrika, Asia Selatan dan Tenggara, seperti Arab Saudi, Mesir, Kuwait, Qatar, Pakistan, Brunei Darussalam dan Malaysia.
Negara-negara Islam, kata Syarif, membutuhkan koalisi ini karena organisasi teroris mencemarkan nilai-nilai Islam. Stigma bahwa Islam dekat dengan terorisme, harus direafirmasi dengan nilai-nilai islam yang moderat, damai, toleran, dan senantiasa ingin hidup berdampingan.
Sementara itu, Sjafrie Sjamsoeddin menyatakan Indonesia memiliki pemahaman yang sama dengan IMCTC bahwa terorisme merupakan masalah besar bagi dunia Islam. "Semangatnya sama, yakni bagaimana dunia bersama-sama memerangi terorisme," kata Mantan Wakil Menteri Pertahanan itu.
Namun, kata Sjafrie, Indonesia sulit untuk bergabung dalam sebuah aliansi militer, karena dalam UUD 1945 ditegaskan kebijaksanaan luar negeri Indonesia adalah non-blok. Sjafrie menyatakan Wakil Presiden Jusuf Kalla tidak menyetujui Indonesia untuk bergabung dalam aliansi itu. Namun, Indonesia akan mencari bentuk kerja sama lain dalam penanggulangan terorisme.
Indonesia sejauh ini menjadi salah satu negara yang paling berhasil dalam penanganan terorisme. Sejauh ini setidaknya sudah lebih dari 2.000 teroris ditangkap oleh Densus 88. Di kawasan Asia Tenggara Indonesia juga telah menjalin kerjasama penanggulangan terorisme bersama Filipina dan Malaysia, terutama dengan menggalang patroli bersama di sejumlah kawasan.
.jpg "Hindari Wabah HFMD dan DBD Dengan Jaga Kebersihan")
