Masih Merayakan Hari Buku Nasional? Puisi Ini Cocok untuk Menceritakan Perpustakaan

SHARE

Perpustakaan Nasional (Arfianingrum Pujiastuti)


CARAPANDANG.COM – Setiap tanggal 17 Mei dirayakan sebagai Hari Buku Nasional. Pemilihan tanggal 17 Mei, dikarenakan pada 17 Mei 1980 berdiri Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Pada tahun 1980 tersebut terdapat peran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef terkait berdirinya Perpustakaan Nasional. Kini, seiring peresmian pada 14 September 2017 oleh Presiden Joko Widodo maka gedung Perpustakaan Nasional yang baru dan didaulat menjadi perpustakaan nasional tertinggi di dunia, yakni setinggi 126,3 meter dengan 27 lantai.

Masih berbincang tentang perpustakaan, kiranya puisi karya Aan Mansyur berikut dengan cerkas mengaitkan perpustakaan dan literasi. Sudahkah kamu ke perpustakaan pekan ini?

Jendela Perpustakaan

Langit menyentuh buku-buku pada sore hari ketika para pengunjung diminta berhenti membaca. Seorang petugas akan menutupnya dan tidak menyadari pertemuan singkat mereka yang hangat. Perpisahan dan warna masa kecil itu tiba-tiba musnah.

Orang-orang pulang dengan pikiran-pikiran lama di kepala. Lampu-lampu dipadamkan dengan alasan penghematan. Buku-buku tidak bisa membaca diri mereka sendiri. Malam akan datang dan kesunyian menyusun dirinya kembali.

Di depan perpustakaan, langit masih menatap jendela tertutup itu tanpa berkedip. Aku tidak ingin cepat sampai di rumah. Kubiarkan langit yang sedih menyentuh kepalaku. Orang-orang tergesa dan tidak membawa buku. Mereka berbahaya dan tidak waspada.

Di jalan menuju rumah aku ingin memikirkan semua bunyi-bunyian—bahkan yang paling jauh—dan tidak ingin mengerti apa-apa. Di rumah hanya ingin kurenungkan diriku dan seluruh yang tidak ingin kulupakan. Jika mimpi datang, aku ingin jadi jendela yang luas untuk langit, buku-buku, dan kau.