Mengulik Penyebab Lembaga Keuangan Rentan Alami Serangan Siber

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG - Check Point Software Technologies selaku penyedia solusi keamanan siber global mengungkapkan, sektor keuangan dan perbankan di Indonesia merupakan industri yang menempati peringkat kedua terbanyak yang mengalami serangan siber, naik dari posisi tiga pada tahun 2021. 

Rata-rata, lembaga-lembaga keuangan di Indonesia mengalami serangan 2.730 kali per minggu dalam enam bulan terakhir, atau 252 persen lebih banyak dari rata-rata global yang mengalami 1.083 serangan siber. Secara global, sektor keuangan dan perbankan menempati urutan ke-6 dalam industri yang paling banyak mengalami serangan siber.

“Tingginya tingkat serangan siber di Indonesia dibandingkan dengan statistik global menunjukkan para penyerang keamanan siber lebih sukses melakukan serangan siber di negara ini," kata Deon Oswari, Country Manager Indonesia, Check Point Software Technologies dalam siaran resmi pada Rabu.

"Ketika penyerang menemukan cara untuk mengelabui pengguna atau mengkompromikan sistem, mereka akan memperluas operasi mereka dengan cepat untuk memanfaatkan kerentanan sebelum industri tersebut dapat bereaksi,” kata Deon Oswari.

Untuk kasus di Indonesia, kata Deon, Check Point Research melihat adanya peningkatan serangan pada platform dan aplikasi mobile banking.

"Oleh karena itu, sangat penting bagi industri perbankan untuk waspada dan meninjau ulang sistem keamanan siber mereka. Semakin banyak Anda mengetahui tentang ancaman siber dan risiko di luar sana, semakin baik perusahaan-perusahaan FSI ( financial services sector) tersebut menempati posisi untuk dapat mengambil tindakan dan menerapkan kontrol," ucap Deon.

Pada awal tahun ini, Bank Indonesia mengumumkan bahwa jaringan mereka terkena serangan ransomware. Pelaku ancaman mencuri data non-kritis mengenai karyawan bank sebelum mengenkripsi sistem. Kelompok hacker Conti Ransomware mengklaim serangan tersebut setelah membocorkan sebagian file yang diduga telah dicuri.

Halaman : 1