Menkes: Daerah Perlu Perbanyak Testing Untuk Deteksi Mutasi Virus Corona

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG.COM – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meminta para kepala daerah setelah libur Lebaran memperbanyak testing untuk mendeteksi mutasi virus corona penyebab COVID-19.

"Untuk kepala daerah, dinas kesehatan, bupati, wali kota, agar testing sebanyak-banyaknya. Tidak usah takut kelihatan banyak (yang positif COVID-19) karena bisa lebih baik supaya kita bisa mendeteksi pergerakan mutasi (virus) baru," katanya di Kantor Presiden Jakarta, Senin.

Budi mengatakan bahwa ada tiga varian virus corona hasil mutasi yang sudah masuk ke wilayah Indonesia, yakni varian B1617 dari India, varian B1351 dari Afrika Selatan, dan varian B117 dari Inggris.

"Setiap minggu kita terus memonitor mutasi virus baru dan minggu lalu baru ketemu lagi dua mutasi baru, dua-duanya di Jawa Timur dan dua-duanya merupakan pekerja migran Indonesia yang datang dari Malaysia," katanya.

Dalam dua kasus itu, ia menjelaskan, satu orang membawa virus corona varian B1351 dari Afrika Selatan dan satu orang membawa virus corona varian B117 dari Inggris.

"Penularan dari varian ini lebih tinggi, jadi sebagai rakyat biasa pastikan protokol kesehatan dilakukan dengan baik sedangkan sebagai kepala daerah, pangdam, lurah, Pak RT tolong dipastikan protokol kesehatan digalakkan, PPKM dijalankan sebaik-baiknya," katanya.

Budi mengemukakan bahwa menurut panduan Organisasi Kesehatan Dunia setiap unit terkecil wilayah harus melakukan testing minimal pada satu per 1.000 orang per minggu.

"Jadi kalau seluruh Indonesia per harinya harus sekitar 40 ribu orang dites atau 280 ribu orang dites per minggu," katanya.

"Sekitar 280 ribu yang dites itu berlaku di unit kabupaten, kota, dan sekali lagi tracing (pelacakan) yang berjalan itu adalah untuk testing epidemiologi yaitu orang yang kontak erat atau terduga sudah terpapar COVID-19 karena memang suka tidak suka mutasi virus baru sudah masuk ke Indonesia," ia menambahkan.

Antisipasi Lonjakan

Budi menjelaskan bahwa guna menghadapi kemungkinan terjadinya lonjakan kasus COVId-19 setelah libur Lebaran, Kementerian Kesehatan sudah mendata jumlah tempat tidur di fasilitas isolasi dan unit perawatan intensif rumah sakit.

"Total tempat tidur isolasi COVID-19 tersedia secara nasional adalah 70 ribu tempat tidur dengan jumlah keterisian saat ini adalah 20 ribu, jadi masih ada cadangan sebanyak 50 ribu atau 250 persen," katanya.

Ia menambahkan, tempat tidur yang tersedia di unit perawatan intensif untuk COVID-19 di seluruh Indonesia sebanyak 7.500 unit dan yang terisi 2.500 unit.

"Jadi masih punya kapasitas sekitar 200 persen dari tingkat keterisian. Mudah-mudahan pasca Lebaran kenaikan tidak tinggi sehingga cadangan tempat tidur tidak usah dipakai," katanya. 

Kementerian Kesehatan juga sudah menyiapkan cadangan obat dan tenaga kesehatan untuk menghadapi kemungkinan terjadi lonjakan kasus penularan COVID-19.

"Kami harap tidak terjadi dan kalau terjadi tidak tinggi-tinggi amat," demikian Budi Gunadi Sadikin.