Menlu Retno: Rakyat Harus Jadi Pusat Pemerintahan Negara-Negara ASEAN

SHARE


CARAPANDANG - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menegaskan bahwa rakyat harus menjadi pusat dari pekerjaan yang dilakukan semua pemerintah negara anggota Perhimpunan BangsaBangsa Asia Tenggara (ASEAN).

Semangat itu lah, menurut dia, yang ingin diprioritaskan Indonesia selama kepemimpinannya tahun ini yaitu untuk menjaga peran ASEAN sebagai lokomotif perdamaian dan stabilitas serta mewujudkan ASEAN Matters, yang berarti masyarakat bisa menikmati hidup dalam lingkungan yang damai.

“Indonesia juga ingin mempertahankan Asia Tenggara sebagai Epicentrum of Growth, di mana rakyat bisa menikmati kemakmuran,” kata Retno seperti dikutip dari transkrip sambutannya dalam Pertemuan Para Gubernur dan Wali Kota se-ASEAN di Jakarta, 1 Agustus lalu.

Guna mewujudkan tema keketuaan Indonesia tersebut, Menlu Retno memaparkan tiga agenda utama yang harus diupayakan yaitu ketahanan kesehatan, ketahanan pangan, dan transisi energi.

“Pandemi telah menunjukkan kepada kita bahwa penguatan arsitektur kesehatan regional sangat penting untuk persiapan menghadapi pandemi di masa depan atau keadaan darurat kesehatan lainnya,” kata dia.

Karena itu, dibutuhkan mobilisasi sumber daya yang memadai dan kolaborasi di antara semua pemangku kepentingan terkait. Dalam hal ini, Indonesia memfokuskan pekerjaannya di ASEAN untuk memperkuat kerja sama kesehatan termasuk melalui One Health Initiative dan ASEAN Response Fund.

Sementara terkait ketahanan pangan, Retno menyinggung tentang perang di Ukraina yang telah menyebabkan kelangkaan pangan dan kenaikan harga kebutuhan pokok.

Dunia juga menghadapi banyak masalah terkait pangan dari gagal panen yang terhambat akibat perubahan iklim dan tingginya tingkat kelaparan.

Memperhatikan tantangan-tantangan tersebut, Retno memastikan bahwa kepemimpinan Indonesia akan memprakarsai inisiatif yang akan membangun mekanisme regional untuk memperkuat ketahanan pangan, rantai pasokan regional, dan pertanian berkelanjutan.

“Pemerintah daerah dan pusat harus berperan untuk mendukung hal ini dengan memastikan ketersediaan, aksesibilitas, dan pemanfaatan pangan,” tutur dia.

Terakhir mengenai transisi energi, dia mengatakan bahwa ekonomi hijau merupakan masa depan Asia Tenggara. Indonesia telah menetapkan target yang ambisius yaitu target bauran energi 23 persen dari energi terbarukan pada 2025, dan emisi nol bersih pada 2060.

ASEAN pun berkomitmen untuk mencapai target energi terbarukan sebesar 23 persen dalam pasokan energi pada 2025.

“Tidak hanya untuk keberlanjutan, transisi ini sangat penting untuk transformasi ekonomi ASEAN. Kunci transformasi ini adalah mengembangkan industri hilir termasuk produksi baterai kendaraan listrik,” kata Retno.

Dalam pertemuan tersebut, para gubernur dan wali kota se-ASEAN diperlihatkan video pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), sebagai wujud komitmen Indonesia untuk bertransformasi menuju masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

IKN digadanggadang menjadi kota netral karbon pertama di Indonesia pada 2045. Untuk itu, Retno mengajak para gubernur dan wali kota se-ASEAN untuk bersama-sama mewujudkan Visi ASEAN 2045 demi kawasan yang lebih inklusif, kuat, dan tangguh.

“Saya ingin mengingatkan sekali lagi bahwa inti dari pekerjaan kita adalah rakyat. Anda juga dapat mengamati dari lirik ASEAN Anthem yang antara lain disebutkan ‘untuk perdamaian, tujuan kita, sejak awal, dan kemakmuran sampai akhir’,” kata Retno.