Menperin: Sumbangsih Sektor Manufaktur Terhadap Perekonomian Nasional Masih Tinggi

SHARE

Menperin, Agus Gumiwang Kartasasmita


CARAPANDANG.COM - Di tengah tekanan pandemi Covid-19 kinerja manufaktur masih  berjalan on the track dan menjadi leading sector perekonomian nasional. 

Demikian disampaikan Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Sabtu (6/11). 

Menperin mengungkapkan bahwa kinerja manufaktur mampu menyumbang 0,75 persen (yoy) terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 3,51 persen pada triwulan III 2021. Dia mengakui bahwa angka pertumbuhan ekonomi kuartal III tahun ini agak sedikit melambat, namun sumbangsih sektor manufaktur terhadap perekonomian nasional masih tinggi.

"Perlambatan ini sudah kami perkirakan, karena kasus Covid-19 naik pada Juli-Agustus terlebih adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4 di beberapa wilayah, seperti halnya purchasing managers' index (PMI) juga sempat melambat pada bulan-bulan tersebut," jelasnya. 

Angka pertumbuhan sektor manufaktur pada kuartal III/2021 juga lebih tinggi dari petumbuhan ekonomi. Pada periode itu sektor pengolahan tumbuh sebesar 3,68 persen.

"Bila melihat lebih dalam datanya, pertumbuhan industri lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi. Hal ini menandakan trajectory dari pertumbuhan industri masih berada di jalur yang tepat," ujar Menperin.

Pertumbuhan industri pengolahan didukung peningkatan kinerja beberapa subsektornya, seperti tumbuhnya industri alat angkut sebesar 27,84 persen yang didukung kenaikan produksi kendaraan bermotor sebagai dampak pemberian insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM-DTP).

Kemudian, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional tumbuh 9,71 persen, didukung oleh produksi farmasi dan obat-obatan untuk memenuhi permintaan domestik dalam penanganan Covid-19.

Selanjutnya, industri logam dasar tumbuh 9,52 persen sejalan dengan peningkatan produksi untuk memenuhi permintaan luar negeri yang tinggi. Lalu, industri makanan dan minuman tumbuh 9,52 persen sejalan dengan peningkatan produksi CPO dan turunannya untuk memenuhi permintaan domestik luar negeri.

Lima besar kontributor PDB di periode ini adalah industri makanan dan minuman sebesar 6,66 persen; industri kimia, farmasi dan obat tradisional sebesar 1,96 persen; industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik sebesar 1,57 persen; industri alat angkutan 1,46 persen; dan industri tekstil dan pakaian jadi sebesar 1,05 persen.

"Hal ini menunjukkan bahwa industri manufaktur punya peran penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Menperin.

Badan Pusat Statistik mencatat, pada kuartal III/2021 penduduk yang bekerja sebanyak 131,05 juta orang, naik sebanyak 2,6 juta orang dari Agustus 2020. Sektor industri pengolahan menyumbang sebesar 18,70 persen dari total tenaga kerja.

Menperin menyebut meski pertumbuhan perekonomian nasional pada kuartal III/2021 agak sedikit melambat, Kemenperin meyakini saat ini kepercayaan diri para pelaku industri di Tanah Air sudah tumbuh kembali.

Hal tersebut tercermin dari PMI pada Oktober 2021 yang mencapai di level 57,2 atau naik 5 poin dibanding September yang berada di peringkat 52,2. Ia berharap sektor industri pengolahan mampu terus mendongkrak perekonomian nasional. "PMI kita bulan lalu kembali memecahkan rekor, jadi saya optimis target dapat tercapai," imbuhnya.

Sektor manufaktur juga memberikan dampak positif terhadap kenaikan produk domestik bruto (PDB) lapangan usaha industri pengolahan nonmigas sebesar 5,69 persen.

Lima besar kontributor berdasarkan lapangan usaha di periode ini adalah industri alat angkutan sebesar 17,48 persen; industri barang galian bukan logam sebesar 11,37 persen; industri logam dasar sebesar 10,73 persen; industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik 8,11 persen; serta industri karet barang dari karet dan plastik sebesar, 7,52 persen.

Pada triwulan III 2021, industri pengolahan, bersama komoditas migas dan pertambangan, juga berkontribusi pada nilai ekspor komoditas barang Indonesia yang mengalami peningkatan signifikan sebesar 50,90 persen.