Minyak Lesu Efek Pengurangan Produksi Berkepanjangan

SHARE

istimewa


CARAPANDANG - Harga minyak turun pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB) setelah naik ke posisi tertinggi 10 bulan, karena investor mengambil keuntungan setelah tiga sesi kenaikan menyusul pengurangan produksi yang berkepanjangan dari Arab Saudi dan Rusia.

Patokan minyak global, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November, menetap 9 sen lebih rendah pada 94,34 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, setelah sempat mencapai posisi tertinggi sesi di 95,96 dolar AS per barel, tertinggi sejak November.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Oktober, melemah 28 sen menjadi ditutup di 91,20 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, setelah mencapai tertinggi sesi di 93,74 dolar ASA per barel, juga merupakan level tertinggi sejak November.

Setelah Brent mencapai 95 dolar AS per barel pada Selasa (19/9/2023), bank investasi UBS mengatakan dalam sebuah catatan bahwa pihaknya mulai mengambil keuntungan.

Namun, para ahli strategi di sana memperkirakan Brent akan diperdagangkan pada kisaran 90- 100 dolar AS per barel dalam beberapa bulan mendatang, dengan target akhir tahun sebesar 95 dolar AS per barel.

Menambah kekhawatiran pasokan, anggota OPEC+ Arab Saudi dan Rusia pada bulan ini memperpanjang pengurangan pasokan gabungan sebesar 1,3 juta barel per hari hingga akhir tahun.

Pemerintah Rusia sedang mempertimbangkan untuk mengenakan bea ekspor pada semua jenis produk minyak sebesar 250 dolar AS per metrik ton – jauh lebih tinggi dari biaya saat ini – mulai 1 Oktober hingga Juni 2024 untuk mengatasi kekurangan bahan bakar, kata sumber kepada Reuters pada Selasa (19/9/2023).

Selanjutnya, produksi minyak AS dari wilayah penghasil serpih terbesar berada di jalur penurunan menjadi 9,393 juta barel per hari pada Oktober, terendah sejak Mei 2023, menurut Badan Informasi Energi AS pada Senin (18/9/2023). Ini akan menjadi penurunan bulanan ketiga berturut-turut. dilansir antaranews.com