Minyak Naik 0,2 Persen Efek Persedian Minyak AS Rendah

SHARE

istimewa


CARAPANDANG - Harga minyak menetap sedikit lebih tinggi pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena persediaan minyak mentah AS lebih rendah dan impor minyak mentah yang kuat oleh China, tetapi prospek permintaan yang lebih lemah membuat investor berhati-hati.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terangkat 18 sen atau 0,2 persen, menjadi ditutup pada 79,64 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus bertambah 28 sen atau 0,4 persen, menjadi menetap pada 75,63 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. ICE Futures Exchange. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus bertambah 28 sen atau 0,4 persen, menjadi menetap pada 75,63 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Kontrak WTI untuk pengiriman Agustus berakhir pada Kamis (20/7/2023). Minyak mentah WTI untuk pengiriman September yang lebih aktif menetap 36 sen lebih tinggi pada 75,65 dolar AS per barel.

Data ekonomi yang kuat, lapangan kerja yang rendah, dan inflasi yang lebih dingin selama setahun sejak The Fed memulai salah satu kampanye kenaikan suku bunga paling agresif dalam sejarah, telah mendukung permintaan minyak AS tahun ini.

Federal Reserve AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin lagi ke kisaran 5,25 persen-5,50 persen minggu depan untuk terakhir kalinya dalam siklus pengetatan suku bunga.

"Meskipun ekonomi AS terbukti jauh lebih kuat dari yang diperkirakan dalam mendukung Dow Jones Industrial Average, kekuatan baru-baru ini tampaknya rentan terutama jika Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 poin minggu depan," kata John Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois. dilansir antaranews.com