Minyak Naik 1% Efek Kekhawatiran Perang Israel-Hamas

SHARE

istimewa


CARAPANDANG - Harga minyak mentah dunia dibuka lompat pada perdagangan Jumat (20/10/2023) karena kekhawatiran perang Israel di Gaza berpotensi menjadi konflik regional.

Hari ini harga minyak mentah WTI dibuka melonjak 1,02% di posisi US$90,28 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent dibuka melesat 0,92% ke posisi US$93,23 per barel.

Pada perdagangan Kamis (19/10/2023), harga minyak mentah WTI ditutup naik 1,19% di posisi US$89,37 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent ditutup terapresiasi 0,96% ke posisi US$92,38 per barel.

Harga minyak berakhir lebih tinggi pada hari Kamis karena para pelaku pasar masih khawatir bahwa kampanye militer Israel di Gaza dapat meningkat menjadi konflik regional.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan kepada pasukan yang berkumpul di perbatasan Gaza bahwa mereka akan segera melihat daerah yang menjadi kantong Palestina dari dalam, menunjukkan kemungkinan invasi darat dengan tujuan memusnahkan Hamas.

Truk-truk bantuan Mesir bergerak mendekati satu-satunya penyeberangan ke Gaza yang tidak dikendalikan oleh Israel, namun masih belum bisa melewatinya meskipun ada permintaan dari Presiden AS Joe Biden untuk mengizinkan bantuan tersebut.

Kemudian, pasukan AS di Suriah menjatuhkan dua drone yang menargetkan mereka, menyebabkan beberapa orang mengalami luka ringan, menurut pejabat AS.

Sementara itu, harga minyak mendapat dukungan di sesi selanjutnya pada perdagangan kemarin setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunga di masa depan dengan hati-hati. Hal ini dapat memperlambat perekonomian dan mengurangi permintaan bahan bakar.

Pedagang dana berjangka The Fed memperkirakan kemungkinan sebesar 39% bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga lagi pada Desember.

Adapun kenaikan minyak masih terbatas setelah AS mengeluarkan izin enam bulan yang mengesahkan transaksi di sektor energi negara anggota OPEC Venezuela, yang pemerintahannya mencapai kesepakatan dengan oposisi politik di sana untuk memastikan pemilu 2024 yang lebih adil.

Kesepakatan itu diperkirakan tidak akan meningkatkan produksi minyak Venezuela dengan cepat, namun dapat mengembalikan beberapa perusahaan asing ke ladang minyaknya dan menyediakan lebih banyak pelanggan yang membayar tunai untuk minyak mentah.

Pelonggaran sanksi minyak AS terhadap Venezuela sepertinya tidak memerlukan perubahan kebijakan apa pun oleh kelompok produsen OPEC+ untuk saat ini, karena pemulihan produksi kemungkinan akan terjadi secara bertahap, menurut sumber OPEC+ kepada Reuters.

Pada hari Rabu, harga minyak naik sekitar 2% di tengah kekhawatiran tentang gangguan pasokan global setelah anggota OPEC Iran menyerukan embargo minyak (larangan ekspor) terhadap Israel sehubungan dengan konflik di Gaza dan setelah AS sebagai konsumen minyak terbesar di dunia, melaporkan kenaikan permintaan minyak yang lebih besar dari perkiraan.

OPEC tidak berencana untuk mengambil tindakan segera atas seruan Iran, menurut sebuah sumber kepada Reuters.

Dalam perkembangan lain, Arab Saudi mengatakan akan mempertahankan pengurangan produksi secara suka rela hingga akhir tahun. Jepang, pembeli minyak mentah terbesar keempat di dunia, mendesak Arab Saudi dan negara-negara penghasil minyak lainnya untuk meningkatkan pasokan guna menstabilkan pasar minyak global yang dapat terguncang akibat konflik di Timur Tengah. dilansir cnbcindonesia.com