Minyak Naik 1,6 Persen Efek Pengetatan Pasokan

SHARE

istimewa


CARAPANDANG - Harga minyak mencapai puncak baru pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), dengan Brent menyentuh level tertinggi sejak Januari setelah penurunan tajam dalam stok bahan bakar AS dan pemotongan produksi Saudi dan Rusia mengimbangi kekhawatiran tentang lambatnya permintaan dari China.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober menguat 1,38 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi menetap pada 87,55 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate untuk pengiriman September terangkat 1,48 dolar AS atau 1,8 persen menjadi ditutup pada 84,40 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, tertinggi sejak November 2022.

Stok bensin AS turun 2,7 juta barel pekan lalu, sementara persediaan sulingan, yang meliputi solar dan minyak pemanas turun 1,7 juta barel, data pemerintah menunjukkan. Dibandingkan dengan ekspektasi para analis dalam jajak pendapat Reuters bahwa harga untuk kedua komoditas minyak tersebut sebagian besar bertahan stabil.

"Penarikan produk olahan terus menjadi bullish untuk pasar minyak," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates di Houston.

Pasar sebagian besar mengabaikan peningkatan 5,85 juta barel yang lebih tinggi dari perkiraan di stok minyak mentah AS setelah rekor penarikan pada minggu sebelumnya.

Penarikan stok bahan bakar AS membantu mengimbangi beberapa kekhawatiran permintaan setelah data China pada Selasa (8/8/2023) menunjukkan impor minyak mentah pada Juli turun 18,8 persen dari bulan sebelumnya ke tingkat harian terendah sejak Januari.

Sektor konsumen China juga jatuh ke dalam deflasi dan harga gerbang pabrik memperpanjang penurunan pada Juli, karena ekonomi terbesar kedua di dunia itu berjuang untuk menghidupkan kembali permintaan.

Namun, yang mendukung harga-harga adalah rencana pengekspor utama Arab Saudi untuk memperpanjang pengurangan produksi sukarela sebesar 1 juta barel per hari selama satu bulan lagi termasuk September. Rusia juga mengatakan akan memangkas ekspor minyak sebesar 300.000 barel per hari pada September.

"Pemulihan terbaru terutama didorong oleh janji produsen utama, seperti Arab Saudi dan Rusia, untuk menjaga pasokan tetap lemah untuk satu bulan lagi," kata Charalampos Pissouros, analis investasi senior di broker XM.

Minyak mentah membukukan kenaikan mingguan keenam berturut-turut pekan lalu, dibantu oleh pengurangan pasokan OPEC+ dan harapan stimulus yang mendorong pemulihan permintaan minyak di China.

Pada Selasa (8/8/2023), kabinet Arab Saudi mengatakan pihaknya menegaskan kembali dukungannya untuk tindakan pencegahan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, untuk menstabilkan pasar, lapor media pemerintah.

Pasar juga akan mengamati dengan cermat Indeks Harga Konsumen (IHK) AS untuk Juli, yang akan dirilis pada Kamis waktu setempat, yang diperkirakan akan menunjukkan sedikit percepatan dari tahun ke tahun. dilansir antaranews.com