CARAPANDANG - Bursa Musim Panas transfer pemain masih menyajikan peluang dan kesempatan pemain untuk beralih kostum. Efek karambol pun dapat terjadi. Semisal Cristiano Ronaldo pindah dari Manchester United, maka Setan Merah pun akan aktif mencari penggantinya. Menggerakkan bursa transfer.
Belakangan beredar meme mengenai kemungkinan Messi-Neymar-Mbappe-Cristiano menjadi rekan setim di Paris Saint-Germain. Mungkinkah hal tersebut terjadi? Dalam ranah probabilitas, tentu bisa terjadi. Sejarah pun pernah memperlihatkan Real Madrid era Los Galacticos di tahun 2000-an lalu yang gemar mengoleksi pemain-pemain tersohor seperti Zidane, Ronaldo, Beckham, Figo, Roberto Carlos, Owen, dan sebagainya.
Namun, jas merah. Menilik sejarah Los Galacticos tersebut apakah skuat bertabur nama-nama besar berkorelasi positif dengan trofi? Tambahkan lagi rumitnya mengelola ruang ganti. Ego para pemain besar, pelatih sekaliber apa yang bisa “menjinakkan” profil-profil dengan CV mentereng terebut?
Masukkan lagi kebutuhan secara taktik. Katakanlah benar Messi-Neymar-Mbappe-Cristiano berada satu tim di PSG, akankah keempat pemain tersebut mau melakukan tracking untuk bertahan? Akankah keempat pemain tersebut aktif menekan baris pertahanan lawan ketika tanpa bola? Jika lebih asyik dan fokus ngendon, dan di lini serang saja, maka rumpang, ketimpangan itu bisa dieksploitasi oleh tim lawan.
Variabel umur juga dapat menjadi pertimbangan, keempat pemain tersebut jika diakumulasi berumur 125tahun (CR 37 tahun, Messi 35 tahun, Neymar 30 tahun, Mbappe 23 tahun). Apakah mereka dapat mengimbangi tuntutan sepak bola kekinian, seperti gegenpressing, serta jadwal pertandingan yang begitu padat?
Sepak bola dalam ranah kenyataan memang dapat begitu rumit dan sulit. Jika di ranah gim, tentu menarik memainkan Real Madrid di era Los Galacticos ataupun PSG dengan komposisi Messi-Neymar-Mbappe-Cristiano. Namun, di ranah lapangan hijau segala perhitungan di atas dapat membuat ambyar ekspektasi trofi.
Belakangan beredar meme mengenai kemungkinan Messi-Neymar-Mbappe-Cristiano menjadi rekan setim di Paris Saint-Germain. Mungkinkah hal tersebut terjadi? Dalam ranah probabilitas, tentu bisa terjadi. Sejarah pun pernah memperlihatkan Real Madrid era Los Galacticos di tahun 2000-an lalu yang gemar mengoleksi pemain-pemain tersohor seperti Zidane, Ronaldo, Beckham, Figo, Roberto Carlos, Owen, dan sebagainya.
Namun, jas merah. Menilik sejarah Los Galacticos tersebut apakah skuat bertabur nama-nama besar berkorelasi positif dengan trofi? Tambahkan lagi rumitnya mengelola ruang ganti. Ego para pemain besar, pelatih sekaliber apa yang bisa “menjinakkan” profil-profil dengan CV mentereng terebut?
Masukkan lagi kebutuhan secara taktik. Katakanlah benar Messi-Neymar-Mbappe-Cristiano berada satu tim di PSG, akankah keempat pemain tersebut mau melakukan tracking untuk bertahan? Akankah keempat pemain tersebut aktif menekan baris pertahanan lawan ketika tanpa bola? Jika lebih asyik dan fokus ngendon, dan di lini serang saja, maka rumpang, ketimpangan itu bisa dieksploitasi oleh tim lawan.
Variabel umur juga dapat menjadi pertimbangan, keempat pemain tersebut jika diakumulasi berumur 125tahun (CR 37 tahun, Messi 35 tahun, Neymar 30 tahun, Mbappe 23 tahun). Apakah mereka dapat mengimbangi tuntutan sepak bola kekinian, seperti gegenpressing, serta jadwal pertandingan yang begitu padat?
Sepak bola dalam ranah kenyataan memang dapat begitu rumit dan sulit. Jika di ranah gim, tentu menarik memainkan Real Madrid di era Los Galacticos ataupun PSG dengan komposisi Messi-Neymar-Mbappe-Cristiano. Namun, di ranah lapangan hijau segala perhitungan di atas dapat membuat ambyar ekspektasi trofi.
.jpg "Hindari Wabah HFMD dan DBD Dengan Jaga Kebersihan")
.jpg "Uji Publik Kemensos Tata Cara Usulan DTKS Musyawarah Desa")
.jpg "Sakit Punggung Dapat Dipicu Stres")
.jpg "Red Spark Umumkan Perpanjang Kontrak Megawati")