Presiden: Tidak Ada Tempat Bagi Kelompok Intoleran di Indonesia

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG.COM –  Belakangan ini, penyerangan terhadap pemuka agama kerap terjadi. Sejak  Januari hingga saat ini sudah ada beberapa kasus. Aksi pertama terjadi di Pondok Pesantren Al Hidayah Cicalengka, Kabupaten Bandung. Korban dari aksi tersebut adalah Pimpinan Ponpes KH Umar Basri.

Aksi yang kedua  penyerangan terhadap Komando Brigade PP Persis, Ustaz Prawoto. Ustaz Prawoto meninggal dunia setelah sempat menjalani perawatan di rumah sakit akibat dianiaya seorang pria yang diduga mengalami gangguan jiwa.

Dan, aksi yang serupa juga kembali terjadi di Gereja Santa Lidwina, Sleman, DIY. Gereja tersebut diserang pria tak dikenal yang mengakibatkan seorang pastor dan sejumlah jemaat mengalami luka-luka.

Presiden Joko Widodo mengutuk keras kejadian tersebut. Dan dia menegaskan di Indonesia tidak ada tempat bagi pihak atau kelompok yang  tidak menjujung tinggi semangat toleransi dalam beragama. Pasalnya di dalam konstitusi secara tegas telah menjamin kebebasan Beragama bagi warganya. Sehingga jika ada kekuatan yang ingin membatasi pemeluk agama lain untuk menjalankan ibadahnya akan ditindak tegas.

"Saya sudah perintahkan kepada aparat untuk bertindak tegas dan negara menjamin penegakan konstitusi secara terus menerus,"  ujarnya di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (12/2).

Presiden menegaskan jika ada pihak-pihak yang tidak mematuhi konstitusi dengan melakukan perbuatan intoleransi, pemerintah memastikan tidak ada tempat bagi mereka untuk tumbuh subur di negeri ini.

"Kita tidak memberikan tempat kepada orang-orang yang melakukan, mengembangkan, menyebarkan intoleransi di negara kita," katanya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini kembali mengingatkan seluruh warga Indonesia harus terus menjujung tinggi semangat toleransi dalam kehidupan beragama. Dengan sikap ini maka warga akan hidup rukun dan damai.

Menurutnya sikap toleransi yang terus dijaga ini membuat masyarakat hidup damai dalam keberagaman sejak puluhan tahun lalu. Keharmonisan ini harus terus dipupuk dan dijaga agar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap utuh.

"Jadi sekali lagi perlu saya sampaikan, tidak ada tempat bagi mereka yang tidak mampu bertoleransi di negara kita Indonesia apalagi dengan cara-cara kekerasan,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda  (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengatakan melihat serangkaian penyerangan tersebut dirinya sangat yakin bahwa pelaku bukan orang gila secara fisik maupun psikologis. Namun, dia tergila-gila agama.

“Pelaku gila karena pemahaman agama yang salah," katanya.

Menurutnya serangkaian penyerangan tersebut memiliki motif. Dia mengungkapkan kemungkinan ada dua motif yakni motif agama dan motif politik.

Maka itu, dia meminta kepada aparat untuk segera mengusut tuntas kasus ini. Dan dia secara tegas akan melawan pihak-pihak  yang ingin merusak keutuhan NKRI.

“Jangan ganggu Indonesia. Kita akan lawan setiap upaya yang mengancam Indonesia," tegasnya.