Reshuffle Yang Sia-sia

SHARE

Istimewa (Net)


Padahal publik, dan disuarakan dengan keras oleh dua ormas terbesar di Indonesia Muhammadiyah dan NU menilai kinerja Nadiem mengecewakan. Penilaian tersebut tentunya berdasarkan kajian-kajian yang dilakukan secara mendalam. Sehingga Muhammadiyah dan NU berkesimpulan bahwa Nadiem kurang layak dipertahankan sebagai menteri yang mengurusi pendidikan dan kebudayaan.

Bukan mendengarkan suara publik, malah Presiden Jokowi memberikan kekuasan yang lebih kepada Nadiem dengan menjadikannya sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek).

Selain itu keputusan Presiden Jokowi  menunjuk Budi Gunadi Sadikin menggantikan Terawanan Agus Putranto sebagai Menteri Kesehatan juga dianggap langkah yang kurang tepat. Sebab, secara pengalaman sosok Budi sangat diragukan karena dia adalah lulusan bidang fisika nuklir, dan selama ini rekam jajaknya sebagai bankir.

Ini keputusan yang sangat mengagetkan publik sebagai orang yang bukan ahli di bidang kesehatan malah diberi amanat untuk mengurusi kesehatan seluruh rakyat Indonesia. Terlebih saat ini bangsa Indonesia sedang dihadapkan situasi kesehatan yang rumit yakni pandemi Covid-19.  Padahal, jika melihat kinerja Terawanan terbilang baik, dan dia telah menggagas vaksin Nusantara.

Padahal sudah jelas, jika suatu urusan tidak diserahkan kepada ahlinya maka tunggu kehancurannya. Jangan sampai Presiden salah memilih pembantu, terlebih yang bukan ahlinya. Ini akan menggangu kinerja pemerintahan itu sendiri. Sehingga kedepan bukan masalah berkurang, malah akan terus bertambah.  Kasihan rakyat, jika salah urus oleh menteri-menteri yang tidak cakap dalam bekerja.

Resuffle untuk perubahan

Pemerintah harus meluruskan niatnya dalam melakukan reshuffle. Jika tidak maka tujuan dari perombakan kabinet yang sesungguhnya tidak akan tercapai.

Halaman : 1