Teliti Panti Asuhan di Indonesia, Dosen UMB Berhasil Raih Gelar Doktor

SHARE

  Mochamad Soelton 


CARAPANDANG -  Lahir dari keluarga sederhana,  Mochamad Soelton  berhasil menyelesaikan pendidikan S3. Disertasi berjudul 'Determinan yang mempengaruhi Organizational Performance dengan Moderasi Altruism (Studi pada Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Kementerian Sosial Republik Indonesia)' telah menghantarkannya meraih gelar doktor.

Dengan menemukan 3 novelty salah satunya Altruism bagi kemimpinan di panti asuhan yang ditelitinya, hal ini mengantarkan Soelton meraih nilai sempurna - cumlaude dengan IPK 3.97.

Soelton mengatakan gelar yang diraihnya saat ini merupakan hasil didikan orang tua. Sebab, kedua orang tuanya senantiasa menannamkan kepada semua anaknya tentang pentingnya pendidikan. Hasil didikan tersebut menghantarkan dirinya menjadi Psikolog anak dan dosen di Universitas Mercu Buana  (UMB).

Selain dosen dan Psikolog Praktek, awalnya Soelton berkarir di industri mulai dari perbankan, manufacturing, retail dan terakhir sebagai Senior HRD GA Manager di Damai Indah Golf, Tbk. Kemampuan penyesuaian dirinya yang bagus membuatnya dengan cepat dalam menekuni karir sebagai seorang pendidik.

Terkait disertasi, Soelton dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (3/4)  mengatakan berdasarkan Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 17 Tahun 2012 tentang Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS), LKS di Indonesia didominasi oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) dengan jumlah total 6.748 panti, dan baru terakreditasi 2.875 LKSA, hanya 185 LKSA yang memperoleh nilai akreditasi A, namun pengelolaannya belum optimal.

"Beberapa temuan inti dari penelitian tersebut pengelolaan sistem kontrol panti didasari pola pola kebiasaan pengelola secara turun temurun, dan tidak berdasarkan standar Kementerian Sosial sebagai ukuran pengelolaan, pengelolaan tidak dibakukan dan tidak didokumentasi dalam pembinaan anak anak yang menjadi asuhannya," ujarnya.

Dalam penelitiannya, Soelton melakukan survei terhadap 185 responden yang didapat dari 2.875 populasi pimpinan lembaga Kesjahteraan Sosial Anak (LKSA) yang terakreditasi A.

"Penelitian dilaksanakan dari Juli 2020 sampai September 2021 menyebar diseluruh Indonesia," imbuhnya.

Tim Promotor disertasinya terdiri dari Prof. Dr. Noermijati,  Ko-Promotor  Dr. Fatchur Rohman dan Dr.  Mugiono. Sedangkan tim pengujinya adalah Prof. Dr. Achmad Sudiro, Prof. Dr. Astrid Puspaningrum dan Dr. Agung Yuniarinto, serta 2 penguji Luar Prof. Dr Arissetyanto Nugroho dan Prof. Dr. Pantja Djati.

Selanjutnya dia menjelaskan  bahwa banyak faktor yang mempengaruhi proses penilaian keberhasilan kinerja organisasi Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Kementerian Sosial Republik Indonesia (LKSA).

"LKSA perlu meningkatkan kinerja organisasinya agar sesuai dengan persyaratan Kementerian Sosial," ujarnya.

Dalam kaitan ini, LKSA harus mampu mengelola sumber daya manusianya sesuai dengan standar parenting nasional (SNPA). SDM memiliki pengaruh penting dalam proses keberlanjutan LKSA.

"SOP yang telah disesuaikan dengan visi dan misi lembaga akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan apabila terdapat sumber daya manusia yang sesuai dengan standar kompetensi parenting di bidangnya masing-masing di masing-masing instansi." katanya.

Dia mengatakan LKSA dengan peringkat A memiliki program pengasuhan, sumberdaya pengasuhan, organisasi dan pola manajemen, sarana dan prasarana serta hasil pelayanan yang baik, dan hal ini memungkinkan mereka memperoleh peringkat tersebut. Oleh karena itu, setiap penyelenggara harus mampu menjalankan keterampilan kepemimpinannya dan mengelola kegiatannya sesuai dengan standar pengasuhan anak nasional (SNPA).

Menurutnya LKSA di Indonesia berpotensi meraih peringkat A sesuai dengan Standar Nasional Penitipan Anak (SNPA) yang dirumuskan Kementerian Sosial. Organisasi tidak boleh hanya mengandalkan pola pembinaan gaya lama. Sebaliknya, mereka harus melihat ke dalam metode yang diperbarui dari sistem pembelajaran organisasi, dalam proses keberlanjutan organisasi.Â