Tom Lembong: Harga Nikel Anjlok Disebabkan Hilirisasi RI Ugal-Ugalan

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG - Co-Captain Timnas Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) Thomas Lembong (Tom Lembong) mengungkapkan harga nikel dunia yang anjlok saat ini dikarenakan hilirisasi nikel di Indonesia yang dinilai ugal-ugalan.

Perlu diketahui, harga nikel dunia jatuh mendekati posisi terendah dalam tiga tahun terakhir. Penurunan ini dinilai akibat pasokan global "kebanjiran" nikel dari Indonesia.

Pada Senin (22/1/2024) harga nikel dunia kontrak tiga bulan tercatat US$ 16.036 per ton. Posisi ini adalah merupakan yang terendah sejak April 2021.

Tom Lembong mengungkapkan bahwa proses hilirisasi yang dilakukan di Indonesia bak 'Senjata Makan Tuan' yang mana berujung merugikan Indonesia sendiri.

"Yang kita anti adalah hilirisasi yang tadi disebut oleh Pak Muhaimin, yang ugal-ugalan. Berujung pada konyol karena senjata makan tuan, saking gencarnya menggenjot smelter nikel, kemudian membanjiri dunia dengan suplai nikel sampai harganya anjlok," ungkap Tom dalam program Your Money Your Vote CNBC Indonesia, dikutip Selasa (23/1/2024).

Namun begitu, dia menyebut bahwa program hilirisasi masih menjadi visi-misi dari paslon AMIN. Dengan begitu, Tom Lembong mengungkapkan pihaknya tidak anti hilirisasi, namun hal itu akan dilakukan dengan tidak ugal-ugalan.

"Jadi yang disampaikan Pak Muhaimin itu betul sekali, kita menjadi korban dari kebijakan yang kita bikin sendiri. Kita sama sekali tidak anti hilirisasi, hilirisasi itu ada di visi misi Anies-Muhaimin juga," tambahnya.

Seperti diketahui, salah satu pendorong utama turunnya harga nikel adalah kondisi pasokan yang lebih tinggi dibandingkan permintaan.

INSG memperkirakan harga nikel akan tetap berada di bawah tekanan dalam jangka pendek seiring dengan meningkatnya surplus di pasar global dan perlambatan ekonomi global.

Harga rata-rata nikel global menurut INSG sebesar US$16.600 per ton pada kuartal pertama dengan harga secara bertahap naik rata-rata US$16.813 per ton pada 2024.

Sebagai catatan, harga akan tetap berada pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga rata-rata sebelum krisis nikel LME pada Maret 2022 karena peran nikel dalam transisi energi global.

Adapun, surplus pasar nikel global diperkirakan akan terus meningkat. Pada 2024 surplus pasokan nikel akan bertambah menjadi 239.000 metrik ton, berdasarkan perkiraan INSG. Kondisi kelebihan pasokan tersebut terjadi selama tiga tahun berturut-turut dan surplus pada 2024 akan menjadi yang terbesar.

Mereka memperkirakan produksi global akan meningkat menjadi 3,71 juta ton pada tahun 2024 dari 3,42 juta ton pada tahun 2023 karena produksi nikel pig iron (NPI) Indonesia terus meningkat.

Pabrik HPAL baru di Indonesia yang menghasilkan campuran endapan hidroksida (MHP) juga terus meningkatkan produksinya, dan konversi NPI menjadi nikel matte pun semakin meningkat.

Dengan begitu, pada 2022 pasar mengalami surplus sebesar 104.000 ton, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 223.000 ton pada 2023. Perkiraan surplus kumulatif selama tiga tahun berjumlah 566.000 ton. Kondisinya saat ini adalah sisi pasokan mendominasi dibandingkan permintaan. Akibatnya, harga pun turun. dilansir cnbcindonesia.com