Wujudkan Penguatan Karakter, Sinergitas Orangtua Dan Guru Harus Kuat

SHARE

Antropolog Budaya dari Universitas Widya Mandira Kupang Pater Gregor Neonbasu SVD PhD. (istimewa)


CARAPANDANG.COM – Antropolog budaya dari Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang, NTT, Pater Gregor Beonbasu mengemukakan bahwa sinergitas antara guru dan orang tua harus kuat dalam wujudkan penguatan karakter anak didik di tengah penerapan sistem pembelajaran secara daring.

"Sinergitas antara guru dengan orang tua menjadi aspek penting yang harus diperkuat jika kita ingin mewujudkan penguatan karakter anak didik di tengah pembelajaran secara daring," katanya ketika dihubungi di Kupang, Senin (30/11/2020).

Dia mengemukakan pandangan itu menjawab pertanyaan seputar apa yang harus dilakukan pemerintah daerah dan guru untuk menguatkan karakter anak didik dengan tantangan belajar yang masih melalui daring.

"Kerja sama yang sinergis dan terbuka antara para pendidik di sekolah dari tingkat PAUD hingga perguruan tinggi sangat diperlukan dalam kondisi pembelajaran daring seperti ini, karena anak didik menghabiskan waktu belajarnya di rumah atau bukan sekolah," katanya.

Pengajar Ilmu Antropologi Budaya di Unwira Kupang itu mengatakan pandemi COVID-19 menjadi tantangan yang bukan untuk dijauhi, melainkan merangsang setiap elemen agar menciptakan solusi-solusi, termasuk dalam membangun pendidikan karakter peserta didik.

Untuk itu ia menyarankan sejumlah langkah dalam upaya penguatan karakter peserta didik, yakni dalam sistem belajar daring pendidik hendaknya menggunakan berbagai cara untuk selalu berkontak dengan para peserta didik melalui berbagai kanal atau aplikasi digital yang tersedia.

Selain dengan peserta didik, pendidik juga perlu berkomunikasi secara intensif dengan orang tua siswa untuk bersama-sama melakukan bimbingan dan pengawasan.

Nenonbasu mengatakan, para orang tua atau sesepuh masyarakat juga hendaknya memberi dukungan kepada anak-anak didik yang sedang belajar dari jarak jauh secara daring.

"Itu berarti sangat diharapkan orang tua atau wali dan sesepuh masyarakat mengambil peran dan fungsi para pendidik untuk memberi pengawasan melekat kepada para peserta didik," katanya.

Dengan cara-cara ini, kata dia, maka COVID-19 bukan ancaman, melainkan kesempatan mempererat relasi dan hubungan simbiosis dan konstruktif antara pendidik dengan peserta didik, orang tua atau wali serta sesepuh masyarakat.

"Jika aspek ini diperhatikan dengan sungguh-sungguh maka sketsa pembentukan karakter anak didik yang pancasilais akan dengan sendirinya berjalan sesuai harapan meskipun dalam sistem pembelajaran jarak jauh," katanya.