Menjaga Lahan Pertanian Indonesia Agar Tetap Subur

SHARE

istimewa


Saat dibuka untuk pertanian, lapisan humus segera hilang, sehingga yang tersisa hanya lapisan pasir kuarsa yang miskin hara. Meski memiliki sifat porositas tinggi, pasir pada lahan suboptimal umumnya berada di atas lapisan batuan pasir yang keras serta menempati cekungan. Sehingga ketika hujan, air tergenang pada lokasi-lokasi tertentu.

Menurut peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Destika Cahyana, tanah dengan kandungan Spodosol pada lereng di kemiringan 15 derajat sangat peka terhadap erosi. Jika turun hujan, infiltrasi tanah sangat lambat, hanya 1 sentimeter per jam. Akibatnya, dua hari setelah hujan, saluran air masih tetap penuh dan belum menyerap seluruhya ke dalam tanah.

Beberapa tahapan inovasi pun dilakukan agar lahan tetap memiliki produktivitas sedang hingga tinggi, meliputi penataan lahan dan ameliorasi dengan menambah tanah mineral dan bahan organik.

"Tanah yang baik idealnya memiliki proporsi pasir, debu, dan liat yang seimbang. Berikutnya pemupukan sumber N, hara NPK majemuk, hara makro sekunder, dan hara mikro dibutuhkan untuk memasok hara," terang Destika, doktor Ilmu Tanah IPB University.

Lahan bertipe tadi cocok ditanami jagung lantaran umur tanamnya pendek, yaitu 110-115 hari tanam, seiring perubahan perbaikan lahan. Agar tumbuh subur, menurut pria kelahiran Bogor 19 Desember 1979 yang sempat mengenyam pendidikan penginderaan jarak jauh di Universitas Chiba, Jepang, lahan pertaniannya harus diperhatikan pola tata airnya.

Destika menyebut, tumbuh suburnya jagung pada lahan bertipe suboptimal akan menjadi indikator terhadap kesuburan lahan dan keberhasilan pengelolaan tanahnya. Lahan akan terus membaik jika inovasi dan teknologi terus diterapkan dari musim ke musim.

"Tentu lahan yang semakin subur harus dijaga dengan konservasi tanah dan air agar investasi yang dibenamkan tidak hilang percuma akibat erosi. Tanah yang semakin subur juga jangan lagi beralih menjadi lahan nonpertanian," tegasnya.

Ladiyani dan Destika sepakat bahwa melalui intervensi inovasi dan teknologi mampu mengurai lahan-lahan kurang produktif hingga memiliki produktivitas lebih baik di seluruh Indonesia. Tentunya diiringi dengan adanya upaya, biaya, dan konsistensi di dalam penerapan dan keberlanjutannya. dilansir indonesia.go.id

Halaman : 1