TransJakarta: Keluarga Gubernur ke-5 DKI Puji Revitalisasi Halte HI

SHARE

istimewa


"Pandangan kita ke Tugu Selamat Datang memang terganggu seandainya kita berada di median jalan, tapi sebagai gantinya kita bisa memberikan suatu area yang baru yang jauh lebih baik yang juga bisa dinikmati oleh masyarakat banyak, di mana di wilayah ini juga sudah banyak gedung bertingkat yang berusaha ingin menikmati Tugu Selamat Datang," tutur Indrayana dalam keterangan suara di Jakarta, Selasa.

Manajemen TransJakarta menampik mengkomersialisasikan Tugu Selamat Datang lewat Halte Bundaran Hotel Indonesia (HI) yang kini sedang direvitalisasi.

Meski, Direktur Operasional PT TransJakarta M Indrayana mengakui untuk menikmati benda cagar budaya tersebut lewat fasilitas sky deck yang terletak di lantai dua halte tersebut harus menumpang TransJakarta.

"Kami tidak sependapat dengan hal itu ya, karena TransJakarta ini, kita sifatnya inklusif jadi ini sesuatu yang bisa dinikmati oleh semua orang sebenarnya, tentunya kan harus ada proses yang kita jalankan, seperti misalnya terkait dengan penggunaan tiket ataupun QR code," katanya.

Dengan penggunaan tiket ataupun QR code itu, disebutkan Indrayana, tidak semua orang bisa masuk ke Halte TransJakarta Bundaran HI itu dan petugas dapat mendata jumlah orang yang datang dan menggunakan fasilitas itu.

"Saya tidak ingin bicara tarif ya, tapi artinya yang saat ini kita jalankan juga sudah sesuai dengan aturan yakni seperti yang disampaikan oleh gubernur bahwa harus tap in dan tap out," ungkap Indrayana.

Terlebih, Indrayana menyataka hampir seluruh masyarakat Jakarta atau yang berkegiatan di Jakarta adalah pelanggan TransJakarta, bahkan pengelola transportasi massal itu juga menyediakan fasilitas khusus dalam bentuk tanpa tarif untuk masyarakat dengan kriteria tertentu.

Sebelumnya, sejarawan JJ Rizal memprotes revitalisasi Halte TransJakarta Bundaran HI karena dinilai melanggar kawasan Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) yang perlakuannya sama dengan cagar budaya.

Ia meminta agar pembangunan halte yang digadang-gadangkan ikonik itu untuk dihentikan.

"Halte tetap di tempat tetapi carilah model arsitektur yang ramah dan respek pada kawasan sejarah, desain yang lebih merunduk menghormat vista cagar budaya bukan yang dengan sengaja malah memanfaatkan ruang yang bernilai komersial untuk komersialisasi," katanya.
 

Halaman : 1