Bamsoet: Lahirnya Empat Pilar MPR RI Bentuk Kekaguman Taufik Kiemas Terhadap Bung Karno

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG.COM -  Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengatakan  ide dan gagasan Empat Pilar MPR RI yang dicetuskan oleh almarhum Taufik Kiemas  merupakan sebuah anugerah yang besar untuk bangsa Indonesia. Ide dan gagasan tersebut bukanlah untuk kepentingannya sendiri tapi untuk kepentingan bangsa Indonesia dalam merawat ingatan sejarah kolektif bangsa.

Maka itu, dia menilai bahwa sosoknya layak untuk mendapatkan penghargaan sebagai Bapak Empat Pilar MPR RI karena ide dan gagasan kebangsaannya menjadi "senjata pamungkas" bangsa Indonesia untuk tetap berdiri tegak dan berdaulat.

"Almarhum layak mendapat penghargaan sebagai Bapak Empat Pilar MPR RI," ujarnya saat menghadiri Peringatan Bulan Bung Karno dan Mengenang Tujuh Tahun Wafatnya Taufik Kiemas, di Jakarta, Senin malam (8/6).

Empat Pilar MPR RI terdiri dari Pancasila sebagai dasar negara, landasan ideologi, falsafah, etika moral serta alat pemersatu bangsa; Undang-Undang Dasar Negara Republik tahun 1945 sebagai landasan konstitusional; Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai konsensus yang harus dijunjung tinggi; serta Bhinneka Tunggal Ika sebagai semangat pemersatu dalam untaian kemajemukan bangsa.

Politisi Partai Golkar ini mengatakan gagasan kebangsaan almarhum Taufik yang kemudian dibungkus dalam Empat Pilar MPR RI yang harus terus menerus disosialisasikan, merupakan senjata pamungkas bangsa Indonesia untuk tetap berdiri tegak dan berdaulat.

Dia menilai Empat Pilar MPR RI memastikan "api" proklamasi yang dinyalakan Bung Karno dan para pendiri bangsa Indonesia tetap berkobar, tidak mati tertiup angin globalisasi maupun badai serangan paham radikal maupun ideologi transnasional lainnya seperti komunisme, liberalisme, kapitalisme, fasisme, hingga anarkisme.

Bamsoet mengatakan lahirnya Empat Pilar MPR RI tidak terlepas dari kekaguman sosok Taufik Kiemas terhadap Bung Karno. "Bung Karno sebagai proklamator yang memerdekakan dan menyatukan Indonesia dari Sabang sampai Merauke, Bung Karno tentu tak menginginkan jika di masa kini maupun nanti Indonesia malah terpecah belah. Atau lebih parahnya, hanya tinggal dalam kenangan sejarah," ujarnya.