Fahmi Idris Tolak Sistem Aklamasi Pada Pemilihan ketum Partai Golkar

SHARE

Fahmi Idris (Net)


CARAPANDANG.COM -  Tokoh senior Partai Golkar Fahmi Idris mengatakan bahwa dirinya menolak aklamasi dalam proses pemilihan ketua umum Partai Golkar. Meskipun dia menolak, mekanisme seperti itu bisa saja terjadi pada Munas Golkar 2019 nanti. 

"Saya termasuk yang kurang setuju (aklamasi). Kalau ada yang beranggapan begitu tanyakan saja, tapi ya kemungkinan juga benar terjadi (aklamasi)," kata Fahmi Idris di Jakarta, Selasa (19/11).

Dia menyarakan agar pemilihan calon ketua umum dilakukan terbuka saja, di mana siapapun pemilik hak suara dalam Munas boleh memilih calon yang nanti akan maju. "Tapi kan saya tidak bisa menentang kalau terjadi aklamasi," jelas Fahmi.

Pengamat politik Hanta Yudha mengatakan jika mekanisme aklamasi dilakukan dalam Munas maka calon ketua umum petahana Airlangga Hartarto dipastikan besar akan terpilih kembali. Sebaliknya jika pemilihan dilakukan terbuka, maka terbuka peluang bagi Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo untuk bersaing, namun faktor kemenangan salah satunya akan ditentukan kedekatan keduanya dengan Presiden Jokowi.

Hanta menyontohkan sejarah Golkar menunjukkan siapapun calon ketua umum yang memiliki kedekatan dengan Presiden akan unggul dalam Munas. Dia mengatakan pada era kepemimpinan Presiden ketiga RI Almarhum BJ Habibie, Akbar Tandjung mampu mengalahkan Edi Sudrajat dalam Munas, karena Akbar saat itu menjadi menteri Habibie.

Saat kepemimpinan Presiden keenam SBY, Aburizal Bakrie yang kala itu menjadi menteri kabinet SBY bisa mengalahkan Surya Paloh. Saat ini Airlangga merupakan Menko Perekonomian di Kabinet Indonesia Maju Jokowi-Ma'ruf, sementara Bambang Soesatyo merupakan Ketua MPR RI.