Guru PJOK Garda Terdepan Pencarian Bakat Atlet

SHARE

Atletik (ditpsmp)


CARAPANDANG.COM – Lalu Muhammad Zohri berhasil menjadi juara lari 100 meter kejuaraan dunia U-20 di Tampere, Finlandia. Sukses itu jika ditarik garis sejarah ada andil dari Rosida guru olahraga SMP Negeri 1 Pamenang Kabupaten Lombok Utara. SMP tersebut merupakan sekolah dari Zohri. Rosida merupakan sosok yang bersemangat mengarahkan Zohri untuk menekuni jalur atletik.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy berpendapat bahwa sumber daya olahraga, atlet dan olahragawan berasal dari sekolah. Maka peran dari guru Pendidikan, Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan berperan besar dalam pengembangan bakat dan minat siswa di ranah olahraga. Hal senada diungkapkan oleh Ketua Komisi Teknik (Perlombaan dan Perwasitan) PB-PASI Dwi Priyono.

“Perlu ada talent identifikasi. Pencari bakat yang bagus itu guru olahraga,” kata Dwi Priyono di Innside By Melia Yogyakarta, Selasa (18/9/2018).

Pada masa SMP menurut Dwi Priyono merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan. Maka tepatlah pada Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) SMP pada cabang olahraga atletik yang diujikan adalah trilomba (lari 60 meter, lompat jauh, tolak peluru).

“Segala aspek harus ada yakni lari, lompat, tolak. Pada masanya nanti akan ada masa kekhususan. Di masa SMA ada kekhususan. Oh saya bagusnya di nomor ini. Dengan berlatih berbagai macam nomor akan menguntungkan. Dari segi perkembangan geraknya bisa di lari, lempar, lompat. Lari tidak hanya sprint saja, tapi jarak menengah. Jadi dia berkembang secara keseluruhan,” jelas Dwi Priyono seusai coaching clinics yang diikuti oleh para pelatih O2SN SMP.

“Guru akan melihat misalnya nomor lari 100 meter si anak tidak berkembang, mungkin nomor lompat akan berkembang,” tambahnya seperti dilansir situs ditpsmp.

Guru PJOK menurutnya juga semestinya selain pengetahuan tentang atletik juga memiliki pengetahuan tentang psikologi, gizi, anatomi.

“Dari segi sport science seorang guru/pelatih harus bisa memahami itu. Tidak ahli tapi memahami. Sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan anak. Jangan sampai latihan menggangu pertumbuhan, perkembangan anak. Jangan sampai latihan membuat siswa cedera,” tutur Dwi Priyono.