Kenapa Penduduk Neraka Lebih Banyak Wanita? Ini Penyebabnya

SHARE

Foto: Muslimobsession.com


CARAPANDANG.COMBagi wanita yang belum menikah tanggung jawabnya ada di tangan orang tuanya, namun setelah menikah maka tanggung jawab tersebut diserahkan kepada suaminya. Suami menjadi surga atau neraka bagi seorang istri.

Sebagai orang islam tentunya kita mempercayai tentang adanya surga dan neraka, surga adalah tempat yang sangat indah, disediakan berbagai macam nikmat yang belum dirasakan didunia ini, sedangkan neraka adalah tempat siksaan yang disediakan untuk orang yang ingkar dan berbuat dosa.

Setiap manusia dari jaman nabi Adam sampai manusia yang mengalami hari kiamat akan dihisab sesuai dengan perbuatannya, yang akan menentukan apakah dia ke Surga atau ke Neraka.

Rasulullah SAW bersabda, “Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas dan Imran).

Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw. Dalam khotbah salat gerhana bersabda, “Aku melihat neraka dan aku melihat penghuninya kebanyakan dari kaum perempuan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Utsamah bin Zaid r.a. bahwa Nabi saw. Bersabda, “ Aku berdiri di pintu neraka, ternyata kebanyakan orang yang masuk ke dalamnya adalah perempuan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Secara kuantitas ibadah mungkin para wanita khususnya istri lebih banyak melakukan ibadah daripada suaminya, mulai dari shalat sunnah, membaca al qur’an, puasa sunnah maupun majelis taklim. Namun mengapa justru para wanita lebih banyak menghuni neraka?

Ada beberapa hal yang menyebabkan para wanita atau istri masuk neraka meskipun ibadahnya banyak.

1.Kufur Terhadap Suami

Bagi wanita yang sudah menikah dan memiliki suami, tentunya patuh kepada suami dan bersyukur kepada kebaikan suami adalah hal yang wajib dan jangan sekali-kali kufur atas kebaikan suami.

Kufur terhadap suami adalah dosa besar yang membuat banyak wanita masuk neraka. Kebaikan suami harus diterima dan wajib disyukuri, jangan menyakiti hati suami, tidak menerima suami apa adanya bahkan tidak mau berbuat baik kepada suami. Oleh sebab itu jangan kufur kepada suami agar terhindar dari api neraka.

Memang sering terjadi dalam keluarga ketika seorang istri selalu mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya. Dia tidak kufur kepada Allah namun istri masuk neraka karena kufur kepada suaminya.

Banyak kebaikan suami yang telah dilakukan dalam keluarga namun semua kebaikannya tidak ada artinya atau tidak dianggap oleh istri karena suami telah melakukan satu kesalahan, ibarat pepatah kemarau setahun hilang karena hujan sehari.

Hal itu biasanya disebabkan karena perbuatan sang suami tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh istrinya.

Istri yang shallehah adalah senantiasa bersyukur terhadap apa yang telah diberikan oleh suaminya.

Wanita yang durhaka kepada suami sering kita temui sekarang ini. Padahal Islam melarang seorang istri untuk durhaka kepada suami. Bagi seorang istri yang wajib dipatuhi setelah dirinya menikah adalah suaminya bukan lagi orang tuanya, karena orang tua istri telah menyerahkan tanggung jawabnya kepada suaminya.

Bahkan Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “seandainya diperbolehkan manusia menyembah kepada manusia, maka akan aku perintahkan istri untuk menyembah suami.” ( HR. Ahmad)

Durhaka kepada suami merupakan perbuatan yang dibenci Allah. Seperti tidak melayani suami dengan baik, mengeluarkan kata-kata kasar kepada suami bahkan cenderung merendahkannya, tidak membuat hati suami senang, atau seolah menjajah dan mengekang kepada suami.

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu, maka wanita yang sholih, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mancari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. An-Nisa: 34).

Ayat di atas menjelaskan bahwa suami adalah pemimpin bagi istrinya. Maka sudah seharusnya istri mematuhi perintah suami, selama perintah tersebut tidak menyimpang dari jalan Allah.

Halaman : 1