Makna "Earth Hour" yang Tidak Sekedar Padamkan Lampu

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG - Ada ungkapan menyebutkan masa depan adalah milik generasi muda. Hal itu lumrah menjadi kalimat yang kerap disampaikan bagi generasi muda karena regenerasi merupakan keniscayaan sesuai zamannya.

Seperti halnya "earth hour" seharusnya menjadi gerakan tradisi yang turun menurun pada setiap generasi.

Artinya, gerakan earth hour harus tetap terjaga oleh setiap generasi seiring dengan mempertimbangkan kondisi dunia yang semakin lama semakin termakan usia.

Earth hour merupakan aksi kampanye yang pertama kali digaungkan oleh sebuah organisasi non-pemerintah internasional yang menangani sejumlah masalah tentang konservasi, penelitian dan restorasi lingkungan, yakni World Wide Fund for Nature (WWF).

Lahirnya istilah earth hour secara makna berarti satu jam dilakukan manusia untuk menyelamatkan bumi dan generasi mendatang.

Setelah dilakukan pertama kali di Kota Sydney, Australia pada 2007, kampanye tersebut menjadi sebuah tradisi yang dilakukan dengan tujuan untuk mengkampanyekan dampak perubahan iklim serta pentingnya mengembangkan energi terbarukan yang ramah lingkungan.

Secara lebih spesifik, tradisi earth hour ini dilakukan setiap Sabtu terakhir pada Maret mulai pukul 20.30 hingga 21.30. Kemunculan akun media sosial resmi, Twitter @earthhour dan Instagram @earthhourofficial untuk lebih memasifkan kampanye, sehingga informasi dan semangat dari tradisi ini bisa tersampaikan kepada seluruh elemen masyarakat di seluruh penjuru dunia.

Aktifnya pemberian informasi melalui media sosial diharapkan dapat menjangkau generasi muda, dan membentuk karakter mereka menjadi peduli terhadap lingkungan.

antarafoto-earth-hour-jakarta-020722-adm-5

Salah satu kepala daerah yang mendukung gerakan earth hour, yakni Gubernur DKI Jakarta Ridwan Kamil yang mengharapkannya sebuah konsistensi dan menjangkau generasi muda.

"Jika pada generasi yang lebih tua belum maksimal, tapi bagaimana generasi anak-anaknya bisa lebih peduli,” kata Ridwal yang disampaikan saat acara Global Switch Off Earth Hour Indonesia 2021 di Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Sama halnya dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan aksi kampanye earth hour dengan mengeluarkan imbauan pemadaman lampu pada Sabtu (2/7) pukul 20.30-21.30 WIB

Melalui akun Instagram @dinaslhkdki yang merupakan akun yang dimiliki oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta memastikan Pemprov DKI Jakarta ambil bagian dalam gerakan ini dengan memadamkan lampu di sejumlah titik.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan secara resmi mengajak masyarakat untuk bergabung pada gerakan tersebut.

Selain mematikan lampu, Anies Baswedan juga mengajak masyarakat untuk mematikan alat elektronik yang tidak digunakan selama satu jam.

"Earth hour merupakan sebuah gerakan. Ini adalah gerakan nyata untuk sama-sama menciptakan kesadaran tentang pentingnya menjaga masa depan bumi untuk memastikan bahwa bumi yang kita tempati ini bisa lebih lestari,” tutur mantan Menteri Pendidikan Kebudayaan itu.

Sejumlah titik memadamkan lampu itu terutama gedung kantor pemerintah, kecuali rumah sakit, klinik, dan puskesmas. Kemudian, jalan protokol dan jalan arteri di lima wilayah DKI Jakarta.

Selanjutnya, simbol DKI Jakarta, seperti Gedung Balai Kota, Monumen Nasional (Monas), dan air mancur di Bundaran Hotel Indonesia, Patung Pemuda, Patung Arjuna Wiwaha, dan Patung Jenderal Sudirman.

Beberapa gedung milik swasta, komersial, pusat perbelanjaan, restoran, hotel, dan apartemen pun turut berpartisipasi.

Anies Baswedan mengatakan aksi yang sederhana ini akan memberikan dampak besar untuk keberlanjutan bumi.

Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa mematikan lampu tersebut diharapkan dapat menghemat energi, hemat ekonomi, sekaligus menurunkan emisi karbon.

Dinas Lingkungan Hidup DKI juga mencatat pemadaman lampu selama satu jam pada Maret 2022 berdasarkan perhitungan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dapat menghemat konsumsi listrik sebesar 171,55 megawatt (MW) atau sebesar Rp247,8 juta dan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 160,23 ton CO2.

Halaman : 1