Manuskrip Kuno Tambo Tuanku Imam Bonjol: Terpilih Menjadi Memory of World UNESCO

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG - Manuskrip Kuno Tambo Tuanku Imam Bonjol dari Sumatera Barat menjadi salah satu manuskrip yang terpilih menjadi Memory of the World (MoW) setelah mengikuti proses pemilihan suara yang dilakukan antar peserta pertemuan yang diikuti oleh delegasi berbagai negara seperti Australia dan Tuvalu, Bangladesh, China, Filipina, India, Malaysia, Mongolia, Uzbekistan dan Vietnam.

Ucapan selamat dan sertifikat diserahkan oleh Kwibae Kim pemimpin Memory of the World Regional Committee for Asia and the Pacific (MOWCAP) kepada Kepala Arsip Nasional Indonesia (ANRI) Imam Gunarto didampingi oleh Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) Mariana Ginting Rabu (8/5/2024).

MOWCAP adalah forum regional untuk Program Memori Dunia/Memory of the World (MOW) global UNESCO yang didirikan pada tahun 1998. Di kawasan Asia Pasifik, banyak perpustakaan, arsip dan lembaga memori yang menghadapi tantangan berat seperti misalnya ekonomi, iklim dan geografis dalam menjaga kelestarian koleksinya. MOWCAP bertujuan untuk membantu pelestarian dan akses universal terhadap warisan dokumenter di kawasan Asia/Pasifik dan juga untuk meningkatkan kesadaran akan keberadaan dan pentingnya warisan tersebut.

Pada kesempatan kali ini, Perpusnas yang diwakilkan oleh Pusatakawan Ahli Pertama Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara (Pujasintara) Aditia Gunawan menceritakan tentang manuskrip Tambo Tuanku Imam Bonjol yang merupakan salah satu catatan autentik yang ditulis oleh pribumi tentang ringkasan sejarah Perang Paderi dan Sumatera Barat pada abad ke-19.

Lebih lanjut, Aditia Gunawan menegaskan beberapa alasan mengapa naskah ini layak untuk menjadi salah satu Memory of the World (MoW) Asia/Pasifik oleh MOWCAP. Yang pertama, manuskrip ini dianggap sebagai karya perintis baik dari segi pengaruh dan genre tulisan.

“Karya tersebut berupa hipogram dengan aktor yang menceritakannya secara langsung” terangnya.

Yang kedua, manuskrip ini mempunyai relevansi sejarah yang signifikan terhadap masa pra kemerdekaan Indonesia dan menjadi bukti sejarah Mingakabau pada abad ke-19. Ketiga, karya ini menyajikan narasi global pergerakan Islam antara Timur Tengah dan Asia Tenggara pada abad ke 18 hingga abad ke 19.

“Keempat naskah ini menyoroti peran aktif perempuan, sebuah ciri yang didukung oleh latar belakang budaya Minangkabau dengan kekerabatan matrilinealnya. Dan yang kelima,sebagai satu-satunya karya tulis tangan Melayu Minangkabau yang mengungkap fakta sejarah, naskah ini mempunyai poisisi tak tergantikan sebagai referensi masa depan,” ujarnya.

Jika ditelaah lebih lanjut,manuskrip ini juga menceritakan tentang refleksi pribadi Tuanku Imam Bonjol tentang pengorbanan dan efek perang yang berkepanjangan selama 34 tahun. Ia mengekspresikan penyesalan yang dalam kepada pengikutnya dimana timbul pertanyaan dalam dirinya, apakah ada banyak aturan di dalam Al-Quran yang telah dilanggar selama perang tersebut.

“Lahir pada tahun 1772 di Sumatera Barat Tuanku Imam Bonjol adalah pemimpin perang Paderi, salah satu perang terlama suku Minangkabau melawan kolonialisme Belanda dari tahun 1803-1837 di Indonesia. Ia ditahan dan diasingkan di beberapa tempat di Indonesia, dan dalam masa pengasingannya,ia masih mengatur pergerakan perlawanan melawan penjajah. Tuanku Imam Bonjol meninggal pada tahun namun cerita kehidupannya tercetak nyata dalam manuskrip tersebut,” tuturnya. dilansir perpusnas.go.id