Orkestra G20: Warisan Indonesia untuk Sejarah Musik Klasik Dunia

SHARE

Istimewa


Menyatukan perbedaan

Menurut Ananda, Orkestra G20 dimaksudkan untuk menjadi ajang seni musik yang dapat menyatukan perbedaan karena musiknya akan dibawakan tidak hanya oleh musisi Indonesia, tetapi para musisi dari berbagai negara.

Musik adalah bahasa universal dan dapat mempersatukan perbedaan. Diplomasi seni dan musik itu sudah lama dilakukan di dunia. Musik bukan sekadar hiburan tetapi dapat menjadi suatu bentuk diplomasi yang bisa mempererat hubungan antarmasyarakat di antara negara-negara. 

Faktanya, orkestra ini akan dibawakan oleh para musisi terbaik dari 18 negara anggota G20.

Rusia adalah salah satu negara yang mengirimkan pemain orkes terbaiknya, Antonina Popras, untuk menjadi bagian dari Orkestra G20.

Selain itu, Rusia juga mengirimkan Nikita Loginov, yakni pemain trompet andal dari National Youth Symphony Orchestra yang anggotanya dipilih melalui audisi yang ketat.

Loginov membagikan pengalaman dan pandangannya tentang bergabung dalam Orkestra G20 di Indonesia.

“Sungguh pengalaman yang luar biasa bisa mengikuti G20 Orchestra. Ada begitu banyak musisi muda di sini. Semuanya sangat berbakat. Ini merupakan suatu kehormatan bagi saya untuk bermain bersama mereka di satu panggung,” kata Loginov.

Ia mengungkapkan kekagumannya pada konsep Orkestra G20 yang menurutnya telah menunjukkan bahwa "musik memiliki kekuatan luar biasa untuk menyatukan orang-orang".

"Kami memainkan musik yang dibuat oleh komposer dari berbagai negara dan kami (musisi) dari negara yang berbeda juga. Tapi kami bermain bersama! Tidak masalah dari mana Anda berasal, siapa Anda, apa kebangsaan Anda, apa status sosial Anda dan hal identitas lainnya. Kita perlu menghargai kesempatan (kebersamaan) ini," ujarnya.

Demikian pula dengan Argentina yang juga mengirimkan musisinya. Negara itu berhasil meyakinkan pemain flute Santiago Clemenz untuk datang ke Indonesia dan berpartisipasi dalam Orkestra G20.

Walaupun sudah menjadi pemain principal, Clemenz tetap berkeliling menjadi solois di berbagai orkes lainnya. Di Indonesia, ia akan tampil solo dalam karya "The Voyage to Marege"

Selanjutnya, menurut Ananda, dengan G20 Orchestra, Indonesia telah membuka babak baru untuk pertemuan para menteri kebudayaan G20, di mana sekitar 40 pemusik muda dunia bergabung dengan 30 musisi Indonesia untuk bersama mempersembahkan permainan musik klasik kepada dunia di Candi Borobudur, yang juga adalah warisan budaya dunia.

"Mereka bermusik bersama, saling mendalami budaya negara lain ... mereka saling bertukar pikiran tentang masa depan musik, mulai dari masalah ketenagakerjaan di dunia musik, komunikasi dan relevansi musik dengan penonton dan masyarakat luas hingga isu keberagaman dan inklusi," ucapnya.

Semua itu merupakan isu lintas generasi, lintas pandangan politik, latar belakang budaya, gender, ras dan bangsa. Hal itu membuktikan bahwa musik yang adalah bahasa universal dapat menjadi media pemersatu.

Halaman : 1