PDAM Gunung Kidul Memberi Keringanan Dalam Pembayaran Air Terdampak Corona

SHARE

istimewa


CARAPANDANG.COM - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Handayani di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memberikan keringanan  dalam pembayaran rekening air pada Maret, April, dan Mei 2020 dan bisa diangsur mulai Juni, Juli, Agustus 2020 bagi warga terdampak wabah Virus Corona baru atau COVID-19, khususnya rumah tangga tidak mampu.

Direktur Utama PDAM Tirta Handayani Gunung Kidul Isnawan Fibrianto di Gunung Kidul, Sabtu, mengatakan sejak pandemi COVID-19, pihaknya langsung melakukan pemetaan masalah, menyusun skenario terhadap sejumlah kemungkinan, dan menentukan arah kebijakan.

"Berdasarkan kajian, PDAM Tirta Handayani masih bisa bertahan. Dari total sekitar 47 ribu Sambungan Rumah tangga (SR), sebagian besar tidak mengajukan penundaan pembayaran rekening," kata Isnawan.

Namun demikian, rapat internal manajemen PDAM Tirta Handayani memutuskan tiga kebijakan yang menyasar pelanggan PDAM dengan kategori rumah tangga (RT) 1 yang terdampak secara ekonomi. Pertama, perusahaan plat merah itu membebaskan denda penundaan pembayaran untuk rekening air pada Maret, April, dan Mei 2020 yang dapat dibayarkan bulan berikutnya April, Mei, Juni 2020.

Kedua, penundaan pembayaran rekening air pada Maret, April, Mei 2020 bisa diangsur mulai Juni, Juli, Agustus 2020. Kemudian ketiga, pembebasan rekening air pada Maret, April, dan Mei 2020 untuk pelanggan RT 1 yang terjangkit COVID-19.

"Sejauh ini ada 30 persen pelanggan mengajukan penundaan pembayaran rekening. Menurut saya ini masih normal jika dihadapkan dengan kondisi seperti sekarang,” katanya.

Isnawan mengatakan PDAM Tirta Handaya tidak ada rencana memberikan potongan bagi pelanggan. Kondisi keuangan PDAM Tirta Handayani Gunung Kidul berbeda jika dibanding dengan daerah lain, misalnya, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah.

"Di Wonogiri pendapatan dari pembayaran rekening listrik bagus. Demikian dengan sistem pengangkatan air, berbeda dengan Gunung Kidul. Wonogiri menggunakan gravitasi sehingga wajar jika bisa menggratiskan tagihan rekening,” ungkapnya.

Di Gunung Kidul, pemasukan terbesar justru dari pendapatan lain-lain sehingga jika mengandalkan tagihan rekening tidak bisa jalan. Belum lagi biaya produksi cukup besar yang dikeluarkan setiap bulan mulai dari perbaikan hingga lainnya.

"Untuk tagihan listrik PLN saja kami diangka Rp2 miliar,” katanya.

Terlepas dari itu, kemarin pihaknya menginisiasi program bantuan untuk kategori RT 1 dengan membagikan 270 paket sembako. Karyawan patungan dan diberikan kepada para pelanggan yang membutuhkan.